Primbon
MahesaMara
Ajang resepsi pernikahan biasanya memiliki banyak lapisan tersembunyi di balik punggung kedua mempelai yang berbahagianya. Persaingan diam-diam kedua belah pihak keluarga beserta cabang-cabangnya, pergosipan dan saling sindir yang menyihir ibu-ibu haji paling lembut menjadi hakim bertrisula. Ali Salihin sudah hampir kebal dengan segala intrik pesta adat setelah mendatangi berpuluh-puluh pernikahan sanak saudaranya yang melimpah ruah hampir di tiap provinsi. Dikiranya keberagaman suku dalam keluarga besar mereka bisa membuat anggotanya lebih toleran, tapi Ali tentu saja salah besar.
Nama Cecilia Halim rasanya sudah sama pribuminya dengan nama Ali dan di zaman modern ini konyol rasanya kalau warna kulit dan bentuk mata masih menjadi masalah. Tapi sekali lagi, Ali, tentu saja, salah besar.
Di zamannya ini, Ali tidak perlu lagi mendobrak dinding tinggi yang memisahkan. Di zamannya, yang ia perlu lakukan adalah menyibak tirai nyaris tak kasat mata dan berkutat dengan benang-benang kusut yang lengket mengikat tangan kakinya. Dan ketika ia tidak bisa menemukan bantuan dari sekitarnya, Ali mencari pertolongan dari bisikan-bisikan horoskop, primbon, dan geomancy.