Ini bukan sebuah pertemuan. Ini Norikha mengucapkan salam perpisahan. "Gue harus pindah ke Bandung, Van." "Nggak apa-apa, kan masih bisa telepon." Evan mengeratkan genggamannya, mengelus punggung tangan Norikha dengan ibu jarinya. "Kalau liburan, gue bisa ke sana. Bandung nggak jauh." Evan mendekat, dadanya sesak, paru-parunya terimpit, kedua matanya memanas, napasnya sulit. Meski mereka tak pernah saling berjauhan, Evan berusaha yakin hubungan mereka akan baik-baik saja. Sementara Norikha, tak sanggup lagi membendung air mata. Evan tersenyum tegar, yakin ini bukan pertemuan mereka yang terakhir. Norikha menangis, tak punya pilihan selain perpisahan. Evan berjanji akan terus mengabari. Norikha menunduk tanpa memberi jawaban pasti. Evan percaya apapun yang Norikha bilang, dan sehari berikutnya Norikha menghilang. • • • Copyright © by Radin Azkia

"Kau takkan meninggalkanku, kan?" Tak ada jawaban. Pertanyaannya menggema dalam ruangan.

Menanti kamu yang mau menua bersama

Kau tahu? Pertemuan kita yang sederhana, nyatanya membawa kenyamanan baru untukku. Apakah selalu ada pertemuan membahagiakan yang datang pada waktu yang tak tepat? Jika ada, rasanya pertemuan kita termasuk dalam waktu yang tak tepat itu. Seandainya.... Seandainya saja kita bertemu lebih awal....

[Inspired by Who Are You by Fifth Harmony] Seperti hidup dalam sebuah lingkaran, Echa terus saja tertiban masalah yang tak pernah ada habisnya. Setelah paksaan dari Raja untuk menerima tawarannya, Kenan yang tiba-tiba mengacuhkannya, dekorasi aula yang berantakan, dan Kenan yang benar-benar minta menjauhinya. Bagi Echa, semuanya terlalu sulit untuk hidupnya. Ia tak bisa memusatkan dirinya hanya pada Kenan yang ternyata bisa membuatkan bahagia juga bisa menyakitinya dibagian yang berdekatan. Who are you, Kenan? "Will you make me smile, or just bring me sorrow?" [Higest rank on Teenfiction #127 - 29 August] Copyright @ rikaaawan. 2016

Sekalipun hatinya berulang kali jatuh dan patah, pada kenyataannya, tidak sedikit orang yang lebih memilih untuk berterima kasih. Dan kabar baiknya adalah: aku akan berterima kasih. Maka akan kutuliskan sekantung prosa berjudul terima kasih. © Januari 2018 by Kansa Airlangga

Aku ingat bagaimana semuanya jadi seberantakan ini hanya karena kamu bilang, "Kita cukup sampai di sini." Aku ingat betul hari itu. Di penghujung Februari, semuanya berakhir. © Februari 2018 by Kansa Airlangga

Kalau ada yang macem-macem sama aku, aku bakal sihir dia jadi kodok. Dan untungnya, itu bukan kiasan. Karena kebetulan, aku penyihir. --- #14 in Short Story [09/07/16] #17 in Humor [28/01/17] [cover by prohngs]

Tolong, kepada waktu, berputar mundurlah sebentar. Aku ingin mengulang semuanya. Aku ... Aku merindunya

Sampai waktu berjalan, aku selalu berharap bahwa kau akan kembali. Tapi dengan pengharapan yang makin besar pula, aku ditampar sekeras mungkin oleh kenyataan bahwa kau takkan kembali. Kau takkan mengucapkan 'Halo' lagi seperti saat kita pertama kali bertemu dulu. Baiklah, aku tak ingin mengulang semuanya. Sedikit saja aku ingin diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Bertanya sebentar, "Ada apa dengan kita dulu?" "Kenapa kau pergi tanpa mau menoleh lagi?" Kau tahu? Kau pergi sisakan rindu di sudut hati © cover by @just-anny