Hidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai Kai diurus oleh Ema, dari atas kepala sampai ujung kaki, dari bangun pagi sampai tidur lagi, bahkan masalah jodoh pun Ema yang menentukan. Siapa pula gadis berisi ini? Kai ini bos. Dia yang seharusnya menentukan segala hal terlebih untuk dirinya sendiri. Sudah tidak enak dilihat, sekarang Kai jadi hobi naik darah kalau Ema di sekitar. Namun, semua cara pandang Kai mendadak berubah saat rahasia kelam Ema terungkap.

Dipa cuma ingin menikahi Ajeng di KUA. Tanpa resepsi. Tanpa ingar bingar pesta. Menurutnya, resepsi pernikahan hanyalah bentuk kesombongan, pamer, dan buang-buang uang. Belum lagi ribetnya, ampun dah! Ajeng sih tidak masalah menikah di KUA saja. Kalau keluarga besar Ajeng? Tunggu dulu. Mau ditaruh di mana muka mereka. Dipa sadar, untuk mewujudkan keinginannya, ia harus berburu restu di tengah keunikan keluarga besar pacarnya. Mampukah ia meluluhkan hati mereka?

[Cerita Pilihan @WattpadChicklitID Bulan Januari 2023] [Cerita Pilihan @WattpadRomanceID Bulan Februari 2023] **DIHAPUS KARENA PROSES PENERBITAN** The power of orang dalam. Begitu stigma yang sangat ingin Mirah Paramastri hapus ketika ia berhasil diterima di PT. Pilar Bakti, hanya berbekal ijazah SMA. Makanya, ia cenderung tertutup dan irit bicara sejak hari pertamanya bekerja. Dalam pikirannya, ia hanya akan datang ke kantor dan bekerja keras, bahkan berkali lipat lebih keras dari rekan-rekannya. Tidak ada hal lain selain bekerja dan mengumpulkan uang untuk ibunya, dan menata hidupnya biar tak terpuruk pasca bercerai dengan Raka. Namun, insiden kopi di hari pertama bekerja seperti benang yang mengikat tangannya kepada sosok Adhiraja Gama Saputra, kepala gudang tempat Mirah bekerja. Mau sekeras apa pun Mirah menghindar dari Dhira, kenyataan kalau mereka rekan kerja dan tinggal di daerah yang sama tidak bisa dipungkiri. Pertemuan demi pertemuan, baik sengaja atau tidak, terjadi begitu saja. Hingga akhirnya, Mirah merasa kalau ia harus menarik diri sebelum tujuannya goyah. Sebelum segalanya terlambat, sebelum ia jatuh lagi di saat ia belum siap terluka kedua kalinya.