Namanya enak
72 stories
Primum, Non Nocere (First, Do No Harm) by kinkaaa
kinkaaa
  • WpView
    Reads 6,228,272
  • WpVote
    Votes 591,004
  • WpPart
    Parts 41
"Kenapa dokter seringnya berjodoh dengan dokter juga?" "Karena dosisnya sesuai." - unknown, medical quotes.
UNDER THE SUN by SHEACOUNTRY
SHEACOUNTRY
  • WpView
    Reads 1,097,496
  • WpVote
    Votes 26,857
  • WpPart
    Parts 4
Uni Soviet, tahun 1968. Warga Eden Prairie mengenal Milenka Romanova sebagai wanita muda yang diciptakan dari bergantang-gantang bunga primrose dan permata. Sebagian percaya bahwa mereka yang terjerat oleh kilaunya akan melebur dalam melase lalu berpijar buas hingga hangus tak bersisa. Sisanya beranggapan bahwa perempuan itu akan satang pada waktu tertentu untuk hal apa pun, selama menerima bayaran sepadan. Beberapa yang peduli mengetahui sebuah ironi tentang Milenka yang menghabiskan tahun-tahun hidupnya bersama keluarga Collins hanya untuk diperlakukan tak lebih dari abu di dasar tungku. Disishkan pada ruang bawah tanah yang bersimbah karatan logam dan embusan udara beku. Ratusan cara Milenka pelajari untuk mempertahankan eksistensi di balik tirai besi demi menuju kebebasan dari keluarga Collins. Termasuk menjadi produk yang selalu mereka dambakan. Perempuan baik dan manis, sebagaimana peran itu absolut untuk menjinakkan mereka yang mengira telah memegang kendali, pria paling berbahaya bukanlah mereka yang memaksa, melainkan mereka yang sanggup menunggu. Hingga malam saat Milenka melewati kebun belakang untuk meninggalkan pesta Nyonya Sinclair, ia melihat pria itu, dengan tatapan berbalut baja dan bertalu liar-tengah merengut nyawa seseorang di hadapannya. Pria yang sama seperti pria yang terus mengintainya beberapa malam sebelum ini. *** ⌈ 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 𝐰𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 ⌉ This novel contains graphic depictions of violence, death, sexual assaults, psychological manipulations, mental illnesses, & social imbalance. It is intended for mature audiences aged 18 and above. ©𝗼𝗿𝗶𝗴𝗶𝗻𝗮𝗹𝗹𝘆 𝗯𝘆 𝘀𝗵𝗲𝗮𝗰𝗼𝘂𝗻𝘁𝗿𝘆 𝗼𝗻𝗹𝘆 𝗼𝗻 𝘄𝗮𝘁𝘁𝗽𝗮𝗱
DI BALIK JENDELA MOSCOW  by Lidstudioo
Lidstudioo
  • WpView
    Reads 40,612
  • WpVote
    Votes 4,205
  • WpPart
    Parts 49
Tentang seorang gadis bernama Ruina yang harus menjalani hukumannya ke Moskow, Rusia untuk melanjutkan pendidikannya. Keputusan sang Papa itu bukan hanya terfokus untuk pendidikan sang puteri, namun juga merubah sikap Ruina yang di luar kata baik selama ini. Selama petualangannya di kota Moskow, Ruina bertemu dengan seorang pria berprofesi sebagai tukang roti di kedai dekat kampusnya bernama Deon. Pertemuan mereka terus berlanjut karena masalah yang Ruina buat. Kebencian Ruina terhadap Deon di awal bertemu ternyata menimbulkan perasaan tertanam di hati mereka setelah Deon dipaksa untuk menjaga Ruina selama di kota Moskow. Tapi, semakin mereka dekat, semakin jauh pula kemungkinan mereka untuk bersama. Apakah sikap Ruina akan berubah selama di Moskow? Dan apakah yang membuat Ruina dan Deon tak bisa bersama? Pertemuan itu bagaikan angin. Lewat tanpa diduga, membawa kesejukkan yang berakhir dengan kenyamanan. Note : Dilengkapi dengan ilustrasi foto dibeberapa part. Selamat Membaca! Supporting images the main role: Bright Vachirawit (Thai Act) Supasara (Thai Act) DI BALIK JENDELA MOSCOW (MOSCOW, I'M IN LOVE) Let's Read. 15+ NewAdult Comedy Romance 271019-230120 CERITA KE-9
MOSCOW ✓ | New Edition by chasperr
chasperr
  • WpView
    Reads 565,161
  • WpVote
    Votes 109,198
  • WpPart
    Parts 38
b e i g e ㅡ p r o j e c t (3)
(B)ilang by nona-hujan
nona-hujan
  • WpView
    Reads 19,566
  • WpVote
    Votes 3,607
  • WpPart
    Parts 4
[bukan cerpen cinta-cintaan] Negeri ini membutuhkan suara kita, Sadewa, meski taruhannya adalah nyawa. Ketahuilah, mereka membungkam setiap orang karena mereka takut pada jiwa ksatria yang tumbuh pada diri orang baik yang berkata benar. Sebagaimana yang tertanam di jiwa kakakmu. Maka tetaplah menjadi orang baik yang selalu meneriakan kebenaran.
Sampah #8: Kaus Kaki si Mbah by kontradiksi
kontradiksi
  • WpView
    Reads 3,598
  • WpVote
    Votes 706
  • WpPart
    Parts 1
Penitipan mbah baru sudah berarti berita buruk. Bukan buat badan pelayanan, tapi buat si mbah dan keluarganya. Kami hanya bisa menerima mbah yang bermasalah; entah hidup sebatang kara, keluarga tidak punya uang untuk mengurus, penderita psikotik ringan, atau mbah-mbah kurang beruntung yang keluarganya 'tidak sanggup' mengurus. Alasannya bermacam-macam, mbahnya egois lah, tidak bisa diatur lah, anak dan menantu mengancam cerai kalau mbah ada di rumah lah, sampai alasan yang kadang terkesan mengarang-ngarang. Aku pun bergegas menghampiri tamu itu. Benar saja, sudah ada seorang pria paruh baya dengan kemeja rapi duduk bersama seorang mbah di kursi terpisah. Aku perhatikan mereka berdua. Tidak tampak gambaran yang memunculkan kesan kurang mampu. Si mbah mengenakan kacamata, kulitnya cerah, bajunya bagus. Batik, celana kain, bahkan kakinya dibungkus kaus kaki meski menggunakan sandal jepit. "Selamat pagi, Pak. Perkenalkan saya Kasongan. Nama Bapak siapa, nggih?" [Sekarung Sampah Untuk Indonesia #8]
Sampah #6: Recehan Kadaluarsa by kontradiksi
kontradiksi
  • WpView
    Reads 5,796
  • WpVote
    Votes 1,521
  • WpPart
    Parts 1
Pernah memberikan secercah uang Anda untuk pengemis? Merasa iba jika pengemis itu membawa bayi atau anak-anak? Berharap uang Anda akan membantu ekonomi mereka? Coba pikir lagi. Jika Anda pernah menghabiskan waktu dengan seorang bayi, Anda pasti menyadari bahwa bayi sangat mudah terbangun dari tidurnya. Entah itu karena lapar, buang air, atau kaget. Coba bayangkan jika bayi itu berada di sebuah tempat yang bising dan tidak nyaman. Apakah bayi itu tidak akan terganggu? Sekarang coba bandingkan dengan bayi-bayi yang dibawa pengemis. Di terminal maupun di lampu merah, suasananya hiruk pikuk dan tidak sesuai untuk bayi yang sedang tidur. Mereka juga dibawa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Terkadang bahkan bayi itu dibawa berlari mengejar bus kota. Tapi bayi itu tetap saja terlelap di alam tidurnya. Pernah Anda berhenti sebentar dan berpikir kenapa? [Sekarung Sampah Untuk Indonesia #6]
Sampah #4: Plastik Kresek by kontradiksi
kontradiksi
  • WpView
    Reads 6,486
  • WpVote
    Votes 1,448
  • WpPart
    Parts 1
Lautan semakin aneh. Tempat tinggal terakhirku bahkan berubah, memaksaku untuk pindah. Tidak ada lagi ikan kecil di sana dan koral-koralnya kehilangan warna. Belum lama aku mendengar kalau ada penyu yang tidak bisa pulang. Dia bilang pantainya hilang, berubah jadi batu raksasa berwarna abu-abu. Meski pantaiku masih seperti dulu, kalau berenang ke arah pantai, aku juga selalu menemukan benda asing. Namun yang paling aneh memang ubur-ubur. Ubur-ubur semakin banyak. Tapi ubur-ubur membuat teman-temanku sakit perut. Kasihan Nyunyu. Aku jadi sedih. Apakah laut sedang menghukum kami? [Sekarung Sampah Untuk Indonesia #4]
Sampah #5 Borgol Karatan by kontradiksi
kontradiksi
  • WpView
    Reads 4,390
  • WpVote
    Votes 1,100
  • WpPart
    Parts 1
Tajamnya udara Bandung dini hari menggigit kulitku. Beku, nyaris membuat tubuh ini menggigil. Potongan seragam biru tua sudah kutanggalkan, diganti kaos oblong dan sarung kotak-kotak. Aku menggosok kedua telapak tangan, usaha sia-sia untuk menghasilkan panas. Untung dingin begini tak seberapa dengan pemasukannya. Pekerjaan dini hari punya uang yang lumayan. Tak apalah uang kotor. Yang penting lumayan untuk biaya rokok sehari-hari. "Ayo cepat, cepat! Semua barang harus masuk hari ini. Minggu depan ada sidak dari Kanwil," perintah pria di ujung gerbang. Ia membuka kain hitam penutup bagian belakang mobil pickup. Mataku memicing, mencoba mengenali barang-barang yang ditumpuk di mobil. Ada TV, dispenser, laptop, hingga sofa kulit berwarna cokelat. Alat-alat elektronik masih dibungkus kardus. Sofanya dilapisi plastik ketat transparan. Semuanya terlihat baru. [Sekarung Sampah Untuk Indonesia #5]
Sampah #2: Propelan by kontradiksi
kontradiksi
  • WpView
    Reads 6,490
  • WpVote
    Votes 1,469
  • WpPart
    Parts 1
Aku kembali tertawa. Lucu juga bagaimana jawabannya sama sekali tidak nyambung dengan pertanyaanku. "Gue nggak bawa agama loh? Apa iya cuma karena orang yang mati ditembak itu pemuka agama dan yang nembak itu Zionis Israel gue jadi otomatis belain agama Islam? Gue kira lo pernah diajarin tentang hak asasi? Yah, gue tau bullshit banget kalo dengernya dari gue. Cuma gue capek aja sekarang buat peduli sama orang lain harus berdasarkan status dan golongan orang tersebut. Bukannya sama aja ya mereka semua manusia?" "Ya kalo lo peduli, terus apa? Emang lo bisa bantu? Lo juga nggak bisa apa-apa, kan? Jangan sok suci. Lo nggak lebih baik dari gue sama Bimo." [Sekarung Sampah Untuk Indonesia #2]