Sst, ini adalah kumpulan pertanyaan berbahaya. Yang selalu muncul dalam benakmu. Yang tak akan kau temukan jawabannya di Google. Yang jika kau tanyakan kepada orang-orang, mereka akan menghakimimu. Jawabannya: Ada. Di. Sini. Tambahkan ke library-mu... sebelum orang lain tahu.

[hanya dipublish di http://wattpad.com/user/just-anny, jika menemukan cerita ini di situs lain artinya itu merupakan PLAGIAT/PENYEBARAN TANPA IZIN] Kamu tanpa alas kaki, menelusuri ubin basah dengan genangan air. copyright © 2015 by just-anny

[1/1] Kuharap, aku tidak pernah tahu isi kamera gadis itu.

[1/1] Dia bilang, waktunya sebentar lagi. Dia bilang, kehadiranku membuatnya ingin memiliki lebih banyak waktu. Dia bilang, dia tidak seharusnya mengenalku. Dia bilang, selamat tinggal. Dia bilang, pergi, Rai.

Tragedi yg tidak diinginkan telah merubah ikatan sebuah persahabatan. Persahabatan yg telah dijalin selama bertahun tahun pun kandas begitu saja dan menyisakan sebuah permusuhan Akankah semuanya akan bisa dikembalikan seperti dulu lagi

Katanya sih jatuh cinta itu semanis permen kapas yang biasa gue beli, tapi gue gak percaya! Karena gue gak pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta. Copyright © 2014 by salsabilaayus Cover by just-anny

Luka ini datang seperti senyap. Tapi senyap.. tak seperti hening. Karena tak semua hening, berarti diam. . . . Copyright © 2016

Cerpen ini mulai ditulis sejak bulan Januari 2015 dan baru berakhir pada pukul 22.22 WIB tanggal 7 Agustus 2016. :D . Enjoy read,please. .."Dhi, aku paham duniamu dan seluruh imajinasimu. Kamu mungkin akan menggunakannya untuk menghibur diri ketika kamu sedih. Tapi untuk kali ini saja kumohon,dhi. Kumohon belajarlah untuk menerima apa yang seharusnya jadi kenyataan bagimu ! Aku harus pergi ke bandara sekarang. Jaga dirimu baik-baik ! Aku harap kamu akan menemukan teman baru yang jauh lebih bisa mengerti kamu dibandingkan aku." Aku berharap Aksa tidak benar-benar bangkit lalu pergi begitu saja. Tapi lagi-lagi aku salah. Dia benar-benar pergi setelah memberiku bungkusan yang cukup besar itu. Aksa bahkan tidak menoleh ke arahku. Dia terus berjalan menjauh tanpa melambaikan tangan atau sekedar mengucapkan selamat tinggal. "Kamu boleh saja punya jutaan harapan untukku. Tapi jangan pernah sekalipun berharap harapanmu akan terkabul" jeritku histeris dan Aksa terus berjalan menjauh. Terus menjauh dan menjauh sampai mataku yang berair tidak bisa lagi menemukannya.

[cerita pendek] Untuk kesekian kalinya tanganku meraih tengkuk leher, mengusapnya sejenak sembari berjalan melewati gerbang sekolahku yang selalu terlihat kukuh bagi orang awam lalu-lalang, yang berbisik riuh, berhenti sejenak lalu menerka-nerka seberapa megahnya kira-kira sekolah ini terlihat dari dalam. Ah, cuacanya panas. Bel tanda pulang belum berbunyi, tetapi dengan ringannya aku melenggang keluar, menuju gerobak penjual es potong yang tampak menjanjikan.