Bagi Mori Michiru, musik dan seni adalah tujuan hidupnya. Di tengah gempuran amarah yang menumpuk selama bertahun-tahun terhadap dunia, mencipta adalah caranya untuk tetap waras. Ketika band yang didirikannya, Death Row, terancam bubar, Mori pun mulai meragukan tujuan hidupnya. Di tengah kegamangan Mori, datang undangan spesial dari Hotel Arunika. Mori pun datang. Namun, apa yang ia kira sebagai liburan biasa ternyata berdampak luar biasa. Karena, saat ia terbangun keesokan harinya, ia kembali ke masa kecil! Dapatkah Mori menemukan kembali tujuan hidupnya? Atau, apakah ia makin tenggelam, terkoyak oleh trauma masa kecilnya? ⚠️Trigger Warning: Childhood trauma, PTSD, panic attack, toxic family, suicidal ideation, physical and emotional violence, harsh words⚠️

Eden tidak percaya pada cinta. Bukan karena ia belum pernah merasakannya, tapi karena hidup terlalu sering memperkenalkannya pada kehilangan. Hingga ia bertemu Rigel, sosok asing yang selalu muncul di saat-saat tak terduga. Bukan lelaki sempurna, bukan pula tipe pahlawan cerita. Ia hanya hadir. Di halte bus yang sama. Di lorong kampus. Di hari-hari ketika hati Eden terasa paling kosong. Namun setiap kemunculan Rigel justru menimbulkan pertanyaan yang tak bisa Eden definisikan: Sejak kapan seseorang yang bahkan bukan siapa-siapa bisa membuat dada sesakit itu? Dan ketika Eden mulai berani mencari jawabannya, ia justru menemukan kenyataan yang tak pernah ia perkirakan, bahwa mungkin, sebelumnya, mereka sudah pernah saling menemukan. Hanya saja, bukan di waktu yang sama.