Muslidacagoo
Ada saat kita menjadi asing sendiri tanpa terlalu berdalih untuk saling membutuhkan. Ada saatnya rasa merenggut asa dan menderai pilu. Ada saatnya pula semua waktu berucap selamat tinggal. Ini bukan soal kegelisahan atau keresahan yg bergumam erat dipundak kesendirian.Sendiri? oh bukankah itu rasa yg teramat sulit untuk dibekukan? hah? siapa bilang? Aku berlanjut tanpa sebuah genggaman untuk menuntunku atau sebuah dada yg melabuhkan rinduku.
Aku hanya sedikit heran tentang keegoisan yg kerap kali disangkut pautkan dgnku, dgn kesendirianku. Bejubel pertanyaan selalu menghajar hatiku ba' Air terjun tanpa berpikir ada sungai yg teluka.
"Egois" Delia, sahabat karibku dri masa ingusan mencapkan kata itu didahiku. Mugkin alasannya agar setiap bertemu dgnku dia tidak amnesia dgn kata itu.
"Sumpah ! aku tidak pernah melihat sosok makhluk yg begitu gila sepertimu" Mantan pacarku Ryan. Yg sebenarnya aku rada malas mengikut sertakan dia, tp ya harus karena dia juga tlah berlalu n mninggalkan 1 kalimat itu untuk ku telan seumur hidup.
"Parah loe" Fransiska, anak yg super sok tahu padahal kenalnya baru seuprit jagung.
"Berubahlah nak" Nyonya besar dirumahku ikut2 membully anak satu2nya perempuannya.
"Biarkan ! Papa bangga kepadamu." Ini yg selalu dikatakan Raja diistana kecilku. Mungkin mmg terlalu alay, tp yah.. suka-suka aku dong...
Aku memang memiliki tingkat kepedulian yg tinggi juga tingkat keegoisan yg tinggi, bagiku aku ini seperti bunglon yg bisa berubah disembarang tempat dgn situasi n kondisi yg memungkinkan. Lalu apa salahku? Tidak ! aku tidak salah. Setidaknya aku tidak pernah ngejudge org lain, tidak jg ambil pusing dgn segepok lembaran diary teman2ku yg sibuk menuliskan kebencian mereka kepadaku, "whatever".
Aku jg tidak pernah mencoret2 buku demi hanya melampiaskan amarahku kepada sosok kaum adam yg selama ini meledek n menghujat aku. Jika waktu kecil aku dijuluki siAir Bening, maka sekarang aku mengganti julukanku menjadi siApi Dingin. Kenapa??