Bukan hanya masa lalu yang rumit dengan Fauzan membuat Faiza enggan untuk kembali bertemu, tetapi pergulatan hati Faiza dan penyakit yang dideritanya membuat gadis itu terus merasa ragu. Ketika takdir terus menguji keduanya, ke manakah akhirnya hati Faiza akan berlabuh? *** Dipertemukan pertama kalinya pada orientasi mahasiswa dengan Faiza, perasaan menyesal milik Fauzan tumbuh lebih jauh dari yang ia kira. Naas, kesalahan yang dilakukan oleh Fauzan membuat gadis itu enggan bahkan untuk menemuinya lagi. Namun, tanpa disadari peristiwa tersebut membuat Fauzan kembali menemukan dirinya yang sempat terlupakan. Mencoba memupuk rasa sakit hatinya akan Faiza dan memperbanyak ilmu mengenai Islam, Fauzan memutuskan untuk mengambil beasiswa ke Turki. Lima tahun berlalu dengan cepat ketika ia kembali ke Indonesia dan kembali bertemu dengan Faiza di pesta pernikahan sahabatnya membuat perasaan Fauzan yang telah teredam kembali muncul untuk gadis itu. Apakah Faiza akan melupakan kesalahan Fauzan di masa lalu? Ataukah sudah terlambat bagi Fauzan untuk memiliki Faiza seutuhnya?

Di usia 30 tahun, Khalif merasa waktunya telah sampai. Hidupnya sudah cukup stabil-pekerjaan tetap, rumah kecil yang nyaman, dan tabungan untuk masa depan. Tapi ada satu hal yang belum ia miliki: teman hidup. Bukan karena ia belum ingin, tapi karena ia belum menemukan perempuan yang membuatnya merasa yakin. Bukan hanya cantik atau cerdas, tapi seseorang yang siap bertumbuh bersama dalam pernikahan. Seseorang yang tidak hanya ingin "menikah", tapi juga memahami bahwa rumah tangga adalah proses panjang yang akan penuh jatuh bangun. Lalu datanglah nama Alya. Gadis 23 tahun, adik dari rekan kerjanya. Khalif nyaris menolak ketika pertama kali ditawari. Terlalu muda, pikirnya. Terlalu polos. Tapi saat proses ta'aruf, Alya berkata jujur, "Saya belum siap jadi istri. Tapi saya ingin belajar." Dan di titik itulah Khalif tersentuh. Bukan oleh keberanian Alya, tapi oleh kejujurannya. Pernikahan mereka terjadi tanpa drama, tanpa janji cinta yang berlebihan. Hanya niat yang baik, restu orang tua, dan doa yang tak putus. Tapi Khalif segera menyadari: menikahi perempuan yang belum tahu cara mengupas bawang ternyata lebih menantang dari semua negosiasi proyek yang pernah ia hadapi. Alya bukan istri sempurna. Bahkan, ia menyebut dirinya sendiri "istri magang" karena semua hal ia pelajari dari nol-memasak, membersihkan rumah, mengatur waktu, mengelola emosi, bahkan cara bicara yang lembut. Namun, justru dari ketidaksiapan itu, Khalif belajar arti menjadi suami. Menjadi pemimpin yang sabar, pembimbing yang tidak menggurui, dan teman yang setia menemani proses, bukan menuntut hasil instan. Dan dalam setiap kekacauan kecil-dari telur gosong sampai baju hasil setrika yang bolong-Khalif menemukan bahwa cinta bukan sesuatu yang datang tiba-tiba, tapi sesuatu yang perlahan tumbuh dari ketulusan, ketidaksempurnaan, dan keberanian untuk mencoba lagi. ________________ GENRE: Romance-Islami, Comedy, Slice of Life

Menjadi muthawif bukanlah pekerjaan mudah-apalagi kalau harus menghadapi rombongan ibu-ibu cerewet dengan segudang keluhan. Arkan sudah hafal betul ritmenya. Tapi kali ini, ada "ujian tambahan" yang membuatnya lebih sering menghela napas: seorang muthawifah bernama Safiya. Arkan disiplin, serius, dan hemat kata. Safiya sebaliknya-lincah, ramah, dan selalu berhasil membuat jamaah tertawa. Dua kepribadian yang bertolak belakang, dipertemukan dalam satu tugas mulia di Madinah. Awalnya hanya perdebatan kecil yang membuat keduanya saling kesal. Namun, perlahan momen-momen sederhana justru mulai menyatukan mereka: menolong jamaah lansia, berbagi kurma, hingga saling menitip doa diam-diam. Tapi bagaimana jika benih perasaan itu tumbuh di tanah suci, sementara keduanya tahu cinta tak bisa dibiarkan tanpa jalan halal?

#1 (highest rank) "Jagalah ia yang saat ini tengah menungguku ya Rabb, pertemukan kami disaat kami berdua siap untuk jatuh cinta lagi bukan untuk patah lagi" -Arsyila Zahra Humaira- "Aku tak pernah peduli kau jodohku atau bukan, tapi dibalik itu kaulah yang selalu aku perjuangkan" -Arfan Alfarisi-

Hadirmu menenun hari-hariku dengan kebiasaan yang tak kusadari: terbiasa akan dirimu. Lalu saat kau pergi, sepi merangkulku erat- mengajarkanku tentang kehilangan tanpa peringatan. Aku percaya, kepergianmu adalah luka yang kau pilih demi menyelamatkan kita dari luka yang lebih dalam. Kau datang, bukan karena cinta. Dan kau pergi, bukan karena benci.

Cinta tak harus selalu lantang diucapkan. Kadang ia tumbuh dalam diam, terjaga dalam doa, dan diuji dalam keikhlasan. Kinan dan Rafka-dua tetangga yang saling mengenal sejak lama. Persahabatan mereka hangat, sederhana, namun menyimpan rasa yang tak pernah terungkap. Kinan menyukai Rafka. Rafka pun mencintai Kinan. Tapi keduanya memilih diam, menjaga batas, dan memelihara rasa dalam senyap. Saat Hannah, sahabat Kinan, menjodohkannya dengan sang kakak-Rayhan, seorang duda beranak satu yang shalih dan dewasa-Kinan mulai diuji. Rayhan mencintainya, namun ragu menyampaikan, takut masa lalunya menjadi penghalang. Dalam bingkai adab dan kesungguhan niat, hati-hati yang terluka, menunggu, dan bertumbuh... akhirnya dipertemukan oleh takdir-Nya. Detak Rasa adalah kisah tentang mencintai dengan cara yang Allah ridai-menahan, menunggu, dan memilih jalan terbaik untuk menyatu.

Penyesalan selalu di akhir, dan Viana merasakan hal itu. Penyesalan itu berawal ketika Viana mengambil suatu keputusan yang berdampak begitu besar pada kehidupannya. Keputusan yang dia ambil di saat tertekan dan disaksikan oleh puluhan pasang mata, membuat Viana tidak dapat menghindar dan berpikir jernih. Demi menghindar dengan keputusan yang telah dia ambil, Viana menginjakkan kakinya di negara sakura-Jepang, tepat di musim semi. Di sana, untuk pertama kalinya Viana bertemu dengan seorang lelaki yang membuatnya jatuh cinta. Namun, pertemuan itu hanya sekali. Viana tidak lagi menemukan lelaki itu setelahnya, membuat ia berharap untuk dipertemukan kembali dengannya. Di saat hati masih berharap, hal lain berkehendak. Datangnya Alman ke rumah berhadapan dengan sang Ayah untuk melamar Viana membuat ia ragu akan kedatangan lelaki itu. Pasalnya Viana tidak pernah bertemu dengan Alman sebelumnya, dan dia tidak kenal dengannya. Untuk saat ini, biarkan Viana berpikir jernih agar nantinya keputusan yang dia ambil tidak berakhir penyesalan. Bukankah penyesalan itu di akhir? Apakah harus menunggu kedatangan akhir untuk menyadarinya? Dan lagi-lagi Viana membuat kesalahan dengan keputusan yang telah dia ambil. -Lelaki Penabur Semi- Camesa