{Comendy - Romance - Spiritual} ATTENTION ! PERSIAPKAN DIRI ANDA SEBELUM MEMBACA CERITA INI !!! ????????? DAPAT MENYEBABKAN KEBAPERAN TINGKAT AKUT YANG TIDAK MUDAH DITANGANI !!!? Why❓ KARENA MENGANDUNG BANYAK KONFLIK YANG MEMERAS OTAK DAN PIKIRAN YANG BEREFEK KECANDUAN MEMBACA? ?? ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖⏳➖➖➖➖➖➖➖➖➖ Menurut Gue, Cinta itu kayak permen karet yang dikunyah. Habis manis terus ilang rasanya dibuang deh... Tapi gue belajar untuk nelen permen karet meski nggak ada rasanya lagi ? Karena pernah ada seseorang yang bilang, hidup itu tidak selamanya terasa manis. Terkadang kau harus menikmati rasanya kepahitan karena hambar. Dan kau juga harus berjuang agar bisa menikmati rasanya kebahagiaan. Permen karet adalah hidup gue, permen karet adalah segalanya bagi gue. Aneh kan? Tapi gue suka ? Selain suka permen karet gue juga suka sama Lo, Si Kutub Es. ? Ini semua tentang kisah gue, Iya gue, Acha Dinova Addeson ? ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖⏳➖➖➖➖➖➖➖➖➖ Setelah membaca cerita ini, pikiran kalian akan berubah tentang arti cinta. Kalian bakal tahu tentang apa itu cinta yang sebenarnya.? Kata Acha, BUDAYAKAN VOTE & COMMENT SETELAH MEMBACA ❗❗❗ ?? Selamat membaca???

❝Ini hati bukan remote tv yang ketika ada, lo bodo amat-in dan ketika hilang, lo cariin sampe mampus.❞ -Alesha. [ENDINGNYA DI PRIVATE JADI KALO MAU BACA HARAP FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DAHULU.] Copy right 2016 by @cyberslay

#1 In Teen Fiction (22/01/2017) "Kenapa ya dari sekian banyak cewek di sekolah kita, harus banget yang gue tabrak itu si siapa tuh namanya?" Kavi memalingkan pandangannya dari atap kamar ke arah tiga temannya bergantian. "Athala," sahut Deny. "Iya siapa kek. Harus banget dia? Kayaknya sial mulu idup gue?" Kavi melempar handuknya ke atas tempat tidur. "Apa gue potong rambut aja kali ya?" "Lah? Apaan sih lo gila?" Divin yang sedang PS, reflek menghentikan permainannya. "Apa hubungannya Athala sama potong rambut?" "Yaa buang sial gitu maksud gue," "Si bahlul." Reno sontak tertawa. "Jadi menurut lo si Athala itu kesialan?" "Iyalah jelas. Sehari nganter dia aja gue udah males banget. Tau gitu gue tolak mentah-mentah." Kavi menghela nafasnya kasar. "Najis. Mana ada sih orang yang abis dianterin pulang ga ngucapin 'makasih' atau apa kek gitu. Ini mah apaan? Boro-boro ngomong makasih, senyum ke gue juga enggak. Ada ya? Cewek judes mampus kayak dia? Amit-amit."