"Aku memang mencintaimu, namun bukan berarti kau bisa mengambil alih harga diriku."--Mirella Cardoso "Kau adalah istriku, kau milikku, dan apa pun yang kau lakukan harus atas kehendakku."--Marc Marquez Pada dasarnya, seorang wanita tercipta dari tulang rusuk yang harus dipeluk, dijaga, dilindungi, dan dicintai. Karena mereka bukan diwujudkan dari tulang kaki, yang harga dirinya bisa diinjak-injak sekehendak hati. Namun Mirella tak mendapatkan hak itu dari Marc, suaminya. Ia bukan hanya diinjak-injak, bahkan harga dirinya dikebiri. Tetapi cinta tetaplah begitu adanya, Mirella demikian. Penderitaannya berbanding lurus dengan cintanya. Hingga waktu terus merotasi detik, kekecewaannya terus merintik. Sampai ketika kuncupan pertahanannya dipertanyakan. Apakah ia masih mampu menghadapinya? Badai terus menantang, luka terus terhantam. NB: sorry for bad blurb, aku berharap cerita ini lumayan nge-feel. Kritik pedas dan saran membangun akan selalu kurindukan.

Sebagai seorang preman kampung yang jago balapan liar di jalan-jalan, Marc Marquez adalah orang paling disegani oleh sesama kawan premannya. Meski begitu, Marc Marquez adalah kawan kesayangan Ayin. Takdir memisahkan mereka saat Marc tak sengaja menabrak gadis alim bernama Marlena Komes hingga terpaksa harus mengikuti keinginan Bapaknya untuk mondok di Kyai Abdul. Selepas kepergian Marc, Ayin merasa sepi dan berkali-kali mengunjungi tempat di mama Marc mondok. Mereka berkonspirasi untuk keluar dari pondok. Segala cara telah Ayin lakukan, namun kenyataan pahit menghampirinya, bahwa Marc telah jatuh cinta dengan cucu Kyai Abdul dan ingin menetap disana. Bagaimana perjalanan pencarian jati diri Marc? Dan Bagaimana akhir kisah persahabatan Ayin dan Marc? Baca cerita ini sampai selesai yaaa

COMPLETE STORY "Musim Gugur akan mengajarkan kita. Bahwa tanpanya, Musim Semi takkan nenjadi seindah ini." Tentang kisah cinta sejati. Yang harus melupakan dan dilupakan. Tentang besarnya arti kesetiaan dan pengorbanan. Tentang menunggu dan harus melepaskan. Sebuah kisah pergolakan cinta sejati yang akhirnya harus berhenti, menanti dan berpasrah dengan kenyataan.