Luluozie
Dear, Yuki. Emailmu sudah kubaca. Maaf aku baru membalas dua minggu kemudian.
Ribuan kata telah aku tulis, tapi entah mengapa membalas emailmu lebih rumit daripada membuat presentasi untuk sidang.
Aku membaca kalimat keduaku, dan menghapusnya lagi. Yuki tak perlu tau alasanku. Kemudian aku mengetikkan lagi kalimat dan paragraf selanjutnya.
Kelelahan itu akhirnya terbayarkan juga Yuki. Aku langsung sujud syukur di mesjid kampusku setelah keempat dosenku mengabarkan aku lulus. Keharuanku langsung membuncah ketika mengabarkan ibuku. Aku senang dan khawatir di saat bersamaan. Karena itu adalah sebuah pertanda episode berikutnya akan dimulai. Tanggung jawabku bertambah, aku bukan mahasiswa lagi.
Saat aku lelah belajar, terkadang aku membayangkan isi kepalaku bisa di bongkar, Otakku di keluarkan dari kepala, aku dinginkan di kulkas, aku tinggal tidur, kemudian aku pasangkan lagi Otakku setelah dia fresh.. :D
Ah ya, kau pasti mau mengatai aku makin korslet sa