Aku berbeda. Duniaku dan hidupku. Segalanya berbeda. Dulu, aku selalu diam. Aku selalu sembunyi dalam kegelapan dan menutup mata ketika cahaya mencoba menghampiri. Tetapi, kini aku merasa cukup mampu untuk berbicara, untuk berdiri, bahkan untuk melangkah. Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatanku lagi. Mereka berjuang demi aku. Apa salahnya jika aku juga berjuang demi mereka? Kini, aku tidak akan takut dengan cahaya. Aku akan menjadikannya sumber kekuatanku. Karena ada mereka disana yang menungguku keluar dari lubang hitam itu. Aku tidak ingin sembunyi lagi. -Syavira Steiva ---------------------------------------------

Jakarta, 2000 "Huaaa..... Mama kak Lia jahat" teriak Stefi sambil menangis. "Yaampun Stefi, tangan kamu kenapa berdarah sayang?" tanya Linda ke anak bungsunya. "Kak Lia hiks..... tadi dorong aku hiks..... dari belakang hiks....." adu Stefi ke Linda. "Lia, kenapa kamu dorong Stefi? Apa kamu sengaja pengen adek kamu sakit?" tanya Linda sambil menarik telinga Lia. "Ampun ma,,,,,,, kakak gak sengaja ma,,, aduh sakit ma,,," ujar Lia ke mamanya. "Alah jangan banyak alasan kamu, sana masuk ke kamar kamu" Linda mendorong Lia dan masuk ke dalam rumah sambil menggendong Stefi. Lia hanya meneteskan air matanya, dia iri melihat adeknya yang mendapat perhatian lebih dari kedua orang tuanya. Dari dulu Stefi selalu dimanjakan orang tuanya, padahal mereka hanya beda setahun.