DewiRA16
Cinta adalah nada pada bauran bunyi, cinta adalah tanda baca pada tumpukan kata, cinta adalah buliran embun diatas hijaunya dedaunan, cinta adalah lingkar pelangi selepas hujan. Kepada siapa cinta jatuh, maka cinta adalah kertas putih yang pasrah pada siapapun yang akan merangkai kisah didalamnya. Pahit, manis sesungguhnya bukanlah kesalahan cinta, karena cinta adalah suci seperti adanya.
Tentang yang satu ini semua manusia memiliki kisahnya masing-masing. Ada yang starnya mulus, berliku dalam proses tapi bahagia. Ada yang memulainya rumit, prosesnya mulus namun berakhir memilukan. Ada yang mengawalinya lancar, perjalanannya manis dan berhasil memetik buah manisnya. Itulah cinta, sebuah pertanyaan dari teka-teki hidup yang hanya akan terpecah di ending cerita.
Lalu, mengertikah cinta saat aku menginginkan ia datang mengisi ruang hati yang kosong? Tahukah ia saat aku sangat merindukan seseorang menemani dalam kesunyian? Pahamkah cinta saat hati memanggil sebuah nama? Jika itu adalah sebuah tanya, sesungguhnya aku tahu sendiri jawabannya, bahwa cinta maha paham, tapi cinta tidak akan menepi pada sepasang hati yang bertaut. Justru itulah pedihku.
Lantas bagaimana dengan hari ini ketika aku kembali dipeluk hampa yang memudarkan rasa. Selalu seperti ini. Duduk termenung sambil menatap buku biru di tanganku, membacanya, kemudian menutupnya kembali. Terus seperti itu berulang-ulang. Meneteskan air mata sudah biasa. Mungkin inilah konsekuensi cinta, yaitu ketika merindu tanpa dirindukan. Perasaanku limbung, ingin mengepak tak bersayap, ingin berpuisi tapi kekecewaan telah pudarkan kata-kata puitisku menjadi abu.
Andai saja aku bisa menghindari kehadiranmu, andai saja aku bisa mencegah rasa yang kau bawa, andai saja aku tak terlena dalam buaian pesonamu yang memabukan, andai saja aku tak patuh menuruti kata hati yang memberi sejuta angan tentangmu yang semu. Bahkan sejuta andai pun tak menjawab apa-apa.