About the Girl Who Read Newspapers
[1/1] Dia bilang, waktunya sebentar lagi. Dia bilang, kehadiranku membuatnya ingin memiliki lebih banyak waktu. Dia bilang, dia tidak seharusnya mengenalku. Dia bilang, selamat tinggal. Dia bilang, pergi, Rai.
[1/1] Dia bilang, waktunya sebentar lagi. Dia bilang, kehadiranku membuatnya ingin memiliki lebih banyak waktu. Dia bilang, dia tidak seharusnya mengenalku. Dia bilang, selamat tinggal. Dia bilang, pergi, Rai.
[1/1] "Kapan kau pergi dari situ?" tanyaku. "Kau bisa sakit." Seperti yang sudah-sudah, gadis itu menjawab, "Kalau hujan sudah berhenti."
[CERPEN] Bagi Nisa, cowok cakep itu adalah cowok yang tinggi, menarik, dan juga pintar. Ketiga poin yang persis dimiliki oleh Ihsan. Bagi Ihsan, cewek cantik itu adalah cewek yang mungil, imut, dan juga konyol. Ketiga poin yang persis dimiliki Nisa. Tapi, sahabat Ihsan menyukai Nisa. Dan sahabat Nisa menyukai Ihsan. A...
[1/1] Aku tak bisa berhenti bertanya-tanya kenapa Dad melarangku mengunjungi gadis yang tinggal di sebelah rumahku. © 2017 by Hilly Ecclesiana. All rights reserved.
[1/1] Bagiku, ucapan selamat malam adalah ucapan penghargaan untuk seseorang karena telah berhasil melewati harinya. Dan bagiku, ucapan selamat malam harus diucapkan sebelum pukul sembilan. Karena setelah pukul sembilan, aku seperti mayat berjalan. Dan karena hidupku, bisa dibilang, berakhir pada pukul sembilan.
[1/1] Kuharap, aku tidak pernah tahu isi kamera gadis itu.
[1/1] Sebelum dia mendorong papan biru yang sudah kuketuk empat kali, gadis bersuara angin itu menoleh. "Kau," mulainya, "mungkin akan terkejut melihat ini." Setelah itu, dia mendorong pintu. Dan, teori kau-mungkin-akan-terkejut bukan hanya sebuah perkiraan yang tak berdasar. Aku memang terkejut.