Hilya menghembuskan napasnya kasar. Apa yang baru saja didengarnya bagaikan petir. Benar-benar bagaikan petir. Menyambar dengan cepat, menimbulkan sedikit cahaya menakutkan, kemudian memberi efek tangan mendingin dan gemetar. Ia harus bagaimana? Bagaimana jadinya ketika seseorang yang engkau kenal akan tetapi tidak mengenalmu, seseorang yang engkau kagumi mati-matian akan tetapi tidak engkau cintai tiba-tiba mengajakmu menikah? Kau terimakah? Atau, bagaimana? (Versi cetaknya masih bisa dipesan)

⚫⚫⚫ "Kamu itu licik tau nggak" tekanku sambil duduk di kursi jemur kolam renang belakang rumahku. Aku menatap kearah air tenang yang terkena sinar matahari langsung. Dia duduk disampingku tanpa mengenakan baju dan hanya mengenakan celana jeansnya saja. Dia menatapku dengan pandangan susah diartikan. "Sebutkan bagian yang kamu maksud licik itu" Aku tersenyum sinis, mendapati kalau dirikulah si pengecut itu. Semakin aku berusaha menghindarinya, semakin pula Alex mendekatiku dengan cara apapun. Dia terlalu posesif sehingga tidak ingin aku jauh darinya. "Aku pikir setelah aku menjadi pacarmu itu saja sudah cukup. Tapi kamu malah membuat semuanya menjadi lebih rumit" "Kamu sudah tau apa yang aku tidak sukai, tapi kamu masih melanggarnya" ⚫⚫⚫