Cindysyahab's Reading List
3 stories
R: Raja, Ratu, & Rindu by wulanfadi
wulanfadi
  • WpView
    Reads 1,240,176
  • WpVote
    Votes 84,279
  • WpPart
    Parts 24
Sequel R: Raja, Ratu, & Rahasia "Ratu marah?" tanya Raja, napasnya tidak teratur, gelisah tak berkelanjutan berkecamuk di hatinya. Ratu diam. Bukan seperti Ratu yang Raja kenal. "Rat?" tanya Raja, berusaha menggapai tangan kurus perempuan itu. Ratu menepis. "Ratu mau pulang." "Raja anterin, ya." Ratu menggeleng. Tatapan matanya yang kosong seperti menusuk hati Raja, ketika dengan lirih ia berkata, "Ratu gak mau jadi beban Kak Raja." Ratunya menyebut Raja dengan panggilan, 'Kak'. Tanda bahwa jarak memang ada. Dan tidak bisa diganggu-gugat, lagi. Copyright 2018, April, wulanfadi.
I am in danger [TERSEDIA DI GRAMEDIA] by zaimnovelis
zaimnovelis
  • WpView
    Reads 31,565,094
  • WpVote
    Votes 1,155,081
  • WpPart
    Parts 54
"Jika lo mau aman bersekolah di sini, lo juga harus menghindari dua orang yang lebih berbahaya dari guru BK," kata Lisya penuh penekanan. Ocha meneguk ludah. Ia mendengarkan penjelasan Lisya dengan seksama sembari bersiap mencatat. Demi menjaga beasiswa yang diterimanya, ia harus sangat berhati-hati. Ia tidak mau beasiswanya dicabut dan membuat orang tuanya terbebani dengan biaya sekolah. "Pertama, lo harus menghindari Sean Aureliano Radeya. Dia ketua geng dari kelas XI IPA-A. Itu orangnya!" Lisya menunjuk seorang anak laki-laki yang tengah asyik membaca buku dengan kaki yang diletakkan di atas meja. Mata Ocha memicing, melihat dengan benar seorang anak laki-laki tampan berambut acak-acakan. Anak laki-laki yang dimaksud Lisya tak terlihat berbahaya meskipun tingkah lakunya tak sopan, meletakkan kaki seenaknya di atas meja. Meskipun demikian, Ocha tetap mengangguk dan mencatat nama Sean ke dalam bukunya sebagai daftar orang kedua yang harus dihindari setelah guru BK. "Kedua, Axel Sharafat Ardiaz. Dia ketua geng dari kelas XI IPS-A. Menurut gue, dia lebih berbahaya dari pada Kak Sean. Nah itu dia!" Lisya menunjuk seorang anak laki-laki tampan berambut agak gondrong. "Tapi kenapa mereka berbahaya? Kalau mereka bisa masuk ke kelas A, bukankah berarti mereka itu jenius?" Ocha bertanya-tanya. "Oh my oh my oh my God! Mereka itu ketua geng. Mereka suka merokok, balapan liar, clubbing, bullying, dan tawuran," bisik Lisya. Walaupun berbisik, intonasi Lisya masih penuh penekanan. "Terus, kenapa mereka nggak dikeluarkan?" "Itu karena ayah mereka adalah pemilik sekolah ini. Siapa yang berani mengeluarkan mereka? Bahkan Pak kepala sekolah nggak berani karena takut dipecat." By : Zaimatul Hurriyyah Highest rank #1teen fiction 22 Nov, 5-8 Des 2018 #1 di hastag romance tgl 16 April 2019
Dilema by JulieHasjiem
JulieHasjiem
  • WpView
    Reads 962,430
  • WpVote
    Votes 21,191
  • WpPart
    Parts 14
Lima tahun memendam perasaan sendiri, membuat Naya cukup puas terjebak dalam bos-karyawan-zone. Alih-alih menarik perhatian pria pujaannya, Naya lebih suka menikmati perasaannya dalam diam. Tapi tentu rasa sukanya terhadap Prima tidak luput dari perhatian teman-temannya, terlebih Kafka. Manusia pecinta monyet dan laut, yang kerap menyuarakan hati Naya lewat celetukkan usil atau candaan konyol. Menggoda Naya tentu menjadi rutinitas dan candu tersendiri bagi Kafka. Saat melihat wajah Naya yang memerah menahan malu, atau tatapan matanya yang membesar kala Kafka menggodanya secara terang-terangnya di hadapan Prima. Atau cubitan-cubitan kecil yang dilayangkanya di sekujur tubuh dan lengannya. Kegiatan yang dirindukan saat Kafka berada jauh dari kantor dan Naya. Kegiatan yang membuatnya tertawa sendiri setiap mengingat wajah marah Naya yang menggemaskan. Dan Prima yang cukup peka dan mengerti perasaan Naya, namun memiliki ketakutan besar untuk sekedar merespon. Ditambah ketika Prima menyadari, bahwa dirinya ketergantungan akan Naya. Lima tahun bekerja bersama dengan gadis bertubuh mungil itu, Prima menyadari betapa Naya sangat memperhatikannya, bahkan kebutuhan terkecilnya meski diluar konteks pekerjaan. Hingga pada suatu titik, dimana Kafka lelah mengejar, Naya lelah menunggu, dan Prima lelah bersembunyi. Akankah akhirnya mereka menyadari, bahwa rasa tidak sesederhana yang mereka kira?