Alisa bukan prioritas utama Winter, sebagaimana Marco bukan prioritas utama Michelle. Keduanya mencoba bermain api, jika memang itu satu-satunya cara mendapat atensi. "Shall we play with fire?" "Just make sure we don't get burned alive." [Sudah terbit di Cabaca]

"Saat hujan adalah kesempatan emas untuk berdoa, bukannya mengkhayal." Ucap Panca Alden Baratayudha saat melihatku terdiam di bawah guyuran hujan yang sangat deras. Dia bukan penyair, bukan pula seorang motivator. Dia hanya manusia biasa yang memiliki banyak pengagum akibat jabatan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa yang diembannya. Sesuai dengan namaku, Rainy Arabella, aku sangat menyukai hujan. Bagiku hujan adalah penyemangat. Hujan mengajarkanku untuk tidak menyerah saat aku gagal ataupun jatuh. Hujan membantuku untuk tetap terlihat baik-baik saja. Siapa sangka beberapa tahun kemudian aku kembali bertemu dengannya lewat perjodohan yang diatur oleh para orang tua. Apakah semuanya akan berjalan lancar? ---------------------------------------------------- LIHAT DENGAN TELITI SEBELUM DIBACA, NANTI NYESEL❗❗❗❗❗

[Tersedia di Google Playbook] Indira Febriana, menghabiskan lebih dari tujuh tahun hidupnya untuk mencari keberadaan pacar kakak kandungnya, Andara, yang diyakininya sebagai penyebab bunuh diri sang kakak. Dendam yang terus terpendam perih itu membuat Indira menghalalkan segala cara untuk menemukan orang dibalik kematian Andara. Saat titik terang itu mulai muncul, Indira menggiatkan aksinya, dia hilang akal saat mengetahui Satria-atasan baru di tempatnya bekerja-ternyata kekasih dari adik orang yang dicari-carinya. Niat untuk mendekati Satria pun muncul. Indira dengan berani mendekati Satria secara terang-terangan. Dia tahu tak mudah meluluhkan hati Satria, namun saat hati Satria mulai luluh, nyatanya Indira pun memendam rasa yang sama. Dengan motif buruk yang dibawa Indira kemana-mana, perasaannya kian dihantam dilema. Keadaan semakin tak terkendali saat orang yang dicarinya muncul, memaparkan informasi yang membuat dunia Indira luluh lantak detik itu juga. Sanggupkah Indira bertahan dengan badai yang tiba-tiba menerjang? Mampukah Indira melepas Satria yang perlahan tapi pasti memenuhi relung hatinya?

Sheilla nggak pernah menyangka kalau Dean (tunangannya) adalah seorang homoseksual. Rencana pernikahan impiannya seketika hancur saat dia mengetahui kenyataan mengenai orientasi seksual Dean. Lebih parahnya, ternyata Dean menikahi Sheilla hanya untuk menutupi orientasi seksualnya di hadapan khalayak. Kecewa, marah, kesal, benci, dan bingung bercampur menjadi satu. Sheilla ingin menghentikan semuanya saat itu juga. Di tengah pelariannya, doa Sheilla terkabul. Sebuah kecelakaan dahsyat mengubah segalanya. Sheila koma. Dean yang di hantui rasa bersalah tidak bisa meninggalkan Sheilla begitu saja. Ya atau tidak wanita itu jelas punya andil besar dalam hidupnya. Sementara Dean terpuruk, roh Sheilla melayang keluar dari tubuhnya. Ia melihat semuanya dengan lebih jelas. Mengetahui siapa Dean, Bima, Areska, dan semua temannya. Sheilla sadar, dia harus segera bangun. Dia tidak boleh terus diam menjadi pengamat! PS : Beberapa part saya PRIVATE karena konten eksplisit. Kalau mau lanjut baca, kalian boleh follow saya terlebih dahulu. Trims :)) [17+ For mature content, explicit, language, etc. Pls be wise]

[Pemenang Storysmiths Wattys 2017] Dua tahun berada di tempat yang sama, kadang kala saling bertatap muka atau sekedar betegur sapa sebagai sopan santun belaka. Tapi siapa yang sangka, bahwa sebuah kedekatan hanya perlu ada satu pihak yang memutuskan untuk memulainya. Weza menertawai dirinya sendiri, untuk apa ia mencari-cari wanita impiannya selama ini kalau ternyata sosok itu berada di dekatnya. Eunike tidak terlihat selama ini bukan karena ia tidak luar biasa. Hanya perlu sedikit keberuntungan dan sebuah usaha untuk mengetahuinya, bahwa dia berbeda. Sayangnya ketika Weza ingin mendekatinya, Eunike seperti tidak tertarik padanya.

But no, my dear. I know you love him but he's killing you, he's killing you.

Umur kamu berapa? Sudah punya pacar? Kapan nikah? Temen kamu udah punya anak lho, nggak ada niat nyusul? Kerja terus kapan ke pelaminannya? Kaila merasa pertanyaan seperti itu lebih mengerikan dibanding nonton film horror sekalipun, semua orang terlalu sibuk bertanya mengenai masa depan. Sampai lupa bertanya pada diri sendiri, apa mereka sudah bahagia dengan hidupnya sendiri? Untuk ukuran seorang perempuan yang selalu merasa wild young and free, Kaila tak terlalu mempedulikan cemoohan orang. Yang terpenting adalah kalau ia hidup bahagia. Kaila, 26 tahun. Accountant, Jakarta, Hangout, Gossip, and Single.