Luna-Sagitari
Warna yang tergores diatas kanvas putih perlahan berpadu dengan lembut. Warna warna abstrak kini menampakkan wujud indahnya.
Begitulah yang dipikirkan Helen Angraini Wijaya, gadis manis pecinta lukisan minyak ini adalah pewaris tunggal Wijaya Corp.
Manik biru bagai dalamnya lautan dengan rambut ikal panjang sampai sepinggul. Senyumnya menawan dengan garis tipis yang dapat membunuh jutaan pria dalam sekali tembak.
Helen memang mencintai lukisan, namun siapa sangka ia alan mencintai seorang pelukis.
-----
Dengan lembut tangannya menggores puluhan warna dalam satu kanvas, menggoreskan setiap pintalan jiwanya kedalam sebuah lukisan. Manik hitam gelapnya bagai batu obsidian dan rambut hitamnya panjang berantakan.
Hanya satu dipikirannya, impian yang ingin ia capai. Menggambar 2 hal yang ingin ia lihat seumur hidupnya.
Namun gadis itu, dengan manik yang bahkan lebih indah dari batu saphire berdiri dihadapannya. Senyum indahnya mengingatakannya akan hangatnya mentari kasih yang ia lupakan menghalangi jalannya menggapai mimpi yang telah ia rangkai bertahun tahun.
***
"Helen Angraini Wijaya" Ucap gadis itu dengan penuh percaya diri. Senyum yang membunuh jutaan pria tersungging dibibirnya dan tangan kecil lembutnya terulur menunggu balasan.
"Oh.." Jawab pria itu singkat tak merangkai kata apapun hanya menatap tangan itu dengan kosong sebelum lewat meninggalkan gadis manis dengan mata berkedut.
Pertama kali ia ditolak, bahkan oleh seseorang dengan penampilan lusuh dan rambut acak acakan. "Hallo! Helen Angraini Wijaya lhoo!! Wi-ja-ya!" Ulangnya berbalik menatap tajam pria yang berhenti sesaat. Batinnya merayakan pesta kecil membayangkan pria ini akan berlutut mungkin menjilat sepatunya.
Mungkin sedikit berlebihan tapi siapa yang mau menyianyiakan kesempatan berkenalan dengan pewaris tunggal Wijaya Corp?. Orang gi-
"Terus?" Jawabnya dengan nada datang sebelum mengeluarkan denggusan kecil meninggalkan gadis yang kini menggertakkan giginya.
"Gila...."