MuhammadMuhsin
- Reads 5,950
- Votes 497
- Parts 40
(Sudah Terbit) Tidak pernah ada minggu. Tidak pernah ada hari libur. Kepalaku ruang kerja yang sibuk dan tidak melahirkan apapun kecuali angka di kalender berangka tunggal. Mataku pekerja keras yang memaku waktu. Hidup adalah tentang bekerja dan gerak yang semarak. Selalu ada perihal yang dikejar.
Di kamar ini tidak pernah ada matahari menjadi bola kecil yang dilempar ke atas, menubruk jendela kamarku dan mengusap matanya sendiri. Bukan lidah senja yang mati dan mengubur puisi para penyair. Di sini, hanya ada satu tangan kekasih.
Aku suka lupa mematikan lampu. Ia melahirkan anak kembar sepertiku tanpa anggota badan yang suka menempelkan kaki kita. Bayangan lebih setia dari kawan. Atau lebih sabaro menjadi yang diduakan. Di kamar ini, lampu adalah ibu yang mengajari bagaimana tetap terjaga dan tidak mengeluarkan air mata.
Menutup mata berarti bunuh diri. Tanganmu yang dingin akan hangat oleh tangan para pencari. Senyum yang kau sebut cinta akan menjadi milik semua orang. Atau wajahmu akan anggun di museum mata para pencemburu. Aku menutup jadwal besok, menutup pintu dan tidak akan ada yang pergi dari sini, termasuk tanganku yang menggigil kau kompres dengan genggamanmu.
Tanggal berapa besok? Kamu jadi pergi ke kota mantan kekasihmu?