syafanton
Ketika matahari mulai condong ke arah barat, para nelayan mulai bersiap menuju pantai untuk turun ke laut. Debur ombak laut utara Pulau Madura kian menggelegar bersamaan laut pasang. Bagaikan orkestra yang diciptakan oleh alam untuk mengantarkan semangat pelaut-pelaut perkasa ke medan laga.
Cakrawala bersih dalam sapuan bias matahari menimbulkan warna merah tembaga, yang tampak bagaikan permadani yang menghampar di kaki langit lepas. Demikan pula burung-burung camar mulai menggerayangi gari-garis pantai, seolah disitu terdapat sebuah permainan yang dikendalikan oleh berbagai latar kehidupan manusia.
Orang tua, kaum muda, laki-laki perempuan, bahkan anak-anak mulai sibuk mengemasi peralatan penangkapan ikan yang dibutuhkan untuk berlayar. Dan perahu yang di ombang- ambing ombak di pantai seolah melambai-lambai menyampaikan salam bagi sanak keluarga yang akan di tinggalkan oleh awaknya. Begitulah perjalanan nasib pelaut-pelaut Madura yang telah melekat kehidupannya dalam selimut angin dan berbantal ombak. Ollè olang.
Madura, menurut mereka adalah tanah galian yang dicipta oleh keringat dan darah para pendahulu mereka. Masih belum hilang dari ingatan mereka bagaimana perjuangan para masa kejayaan kerjaan di Madura, pahlawan Trunojoyo, Ke' Lesap atau pahlawan mereka pada masa perjuangan merebut kemerdekaan di tanah Madura, yang mereka terima kisah itu dari mulut nenek pendahulu mereka. Dan hingga saat ini pun semangat juang mereka masih melekat dalam dada generasi penerusnya.
**********
Kisah ini sangat menarik untuk dibaca semua kalangan, khususnya kaum perempuan yang nantinya akan menjadi pembelajaran dalam memaknai hidup
Segera pesan cetak buku terbatas. Hubungi 087 860 250 200, hanya Rp. 55.000