21+❗️❗️❗️❗️ 🆗🆗🆗🆗 Alisa Liana.. itu namaku Aku seorang wanita yang hidup dari keluarga berkecukupan, aku tidak memiliki adik maupun kakak, hanya aku papa dan mamaku. Semua sangat lah bahagia sampai akhirnya aku mengalami cobaan terberat dalam hidupku. Tunggu.. Terberat? Ah aku tidak yakin. ••••••••• Cerita ini tentang usaha seorang gadis dalam mengadu nasib demi mencari jati dirinya juga untuk membayar masa lalu nya.

Erish Damia , well seorang yang panas baran , biadap , tak hormat orang tua , dan seangkatan dengannya. Ditakdirkan menjadi isteri kepada seorang Ustaz Isyraf Hakimi , semakin bengang jadinya dia terhadap papanya dan juga Isyraf. Well , ofcourse kebanyakan cerita mesti happy ending. Erish jatuh cinta akan kelembutan dan kesabaran Isyraf dan blablabla. Bahagia selamanya.. Klise kan ? Ada aku kisah ? Story aku kut . "Nak nangis boleh? Thank you so much." Erish menyentuh lembut dagu suaminya. "No no no. Abang tak akan biarkan air mata sayang mengalir. Even sayang cakap sayang nangis sebab terharu. No, kalau terharu dengan semua ni. Peluklah abang sayang kuat kuat. Bukan nangis. Cair make up tu karang." Ujar Hakimi bersawa tawanya. "Tak sangka, orang yang paling Erish benci dulu. Sekarang ni dia lah insan yang paling Erish tak nak berenggang walaupun sesaat." Ajaib kan ? Well satu cerita klise and so on. Please do vote and comment !

Annie Sands and Tyler Crews are two actors, two very little known actors wanting to kick start their career. So they enter to be starred in a reality TV series. Will Tyler and Annie be able to showcase the feelings they're hiding from each other? Or will their quick beginning love ruin the TV series altogether?

The brooding and mysterious Cameron St. Laurent isn't intimidated by the feisty woman at his doorstep. And when she asks him for the impossible, Cameron knows just how to sweeten the deal. ***** Spitfire in Love is a published book! As a Wattpad reader, you can access both the Published Edition and Original Edition upon purchase. When Cameron's prized motorbike got side-swiped, he had no clue that repayment would come in the form of an irresistible spitfire and struggling university student named Kara. But she's determined to pay back the debt, and Cameron can't let the deal slip through his fingers. He needs to pursue her; the two of them together are combustible, their chemistry an undeniable ticking time bomb. But Kara is used to being alone, forced to grow up fast to protect herself and her brother. Having built up walls, she has a hard time trusting Cameron, who has deep wounds of his own. And when his dark past comes knocking, he realizes that he'll have not only slay his demons, but lay himself on the line, to win Kara over, body and soul. Book 1 in the In Love Series

***Published in the US with Wattpad Books and in the UK under the title 'LOVE, LOCKED DOWN' -- out now in ebook and paperback, and also audiobook in the UK!*** When the London Lane apartment block is put on lockdown, its residents are in for a whirlwind week. Imogen's stuck living with a one-night-stand in Number 14, and has to face the reality that maybe it's time to grow up. Upstairs, Isla and Danny are still in their honeymoon period, and this could make or break their new relationship; meanwhile, Zach and Serena's steady relationship is on tenterhooks, and pineapple on pizza might actually be the last straw. At Number 22, Olivia's Maid of Honour duties are really pushing her to the edge as a wedding-planning weekend has turned into an entire week... And speaking of weddings, this whole thing has made Ethan realise he wants to spend the rest of his life with Charlotte - if only he can surprise her with the perfect proposal. Follow these five stories of twenty-somethings through their week of quarantine, where romances will blossom, friendships fracture, and relationships are forged that could last a lifetime. Disclaimer: This is a fictionalised and dramatised story inspired by real events that are happening right now. For the most up-to-date FACTS on Covid, you can check out https://support.wattpad.com/hc/en-us/articles/360040903132-A-message-about-COVID-19

"Dokter jujur saya masih takut". "Jangan takut, saya akan menjaga anda selama operasi berlangsung, saya akan mempertanggung jawabkan semuanya". Dea merasa lega mendengar kata-kata dokter Raka barusan. "Dok, bisa tidak mengantar saya kerumah terlebih dahulu, mengambil perlengkapan saya, sebelum ke rumah sakit". Dan lagi lagi dokter Raka mengangguk demi tanggung jawab dokter kepada pasien. "Makasih ya dok". "Ia sama-sama". "Oiya dok, saya panggil mas Raka boleh?". Dan Dokter Raka pun mengangguk. Dea tersipu malu meminta dirinya untuk memanggil dokter Raka dengan sebutan Mas Raka.

"Kamu ingin liburan kemana sih La?". "Ke Luzern pak". "Luzern? Luzern yang di Swiss itu" tanyanya lagi. "Iya pak". "Luzern itu jauh La, kenapa mesti liburan jauh-jauh begitu sih La. Saya yakin Lombok dan Bali jauh lebih indah dari pada Luzern". Ela menarik nafas, ia menatap atasannya, "saya ingin liburan yang jauh pak, pokoknya naik pesawat yang belasan jam. Agar bapak tidak mengganggu acara liburan saya. Saya sudah kapok, liburan dekat-dekat lagi, bapak pasti akan menggangu liburan saya, seperti liburan sebelum-belumnya".

"Rafael" kata itu meluncur dengan sendirinya. "Kamu tidak apa-apa? Apa ada yang terluka?" Tanya Rafa. Ia memperhatikan tubuh Arin, ia memastikan tidak ada terluka sedikitpun ditubuhnya. Rafa mengenal wanita berparas cantik itu. Pertama kali ia lihat bahwa itu adalah Arin, calon adik ipar. Dulu Rafa, mengenal Arin saat Arin masih kecil, kira-kira ia masih duduk di sekolah dasar, dan sekarang tumbuh sebagai wanita dewasa. Oh Tuhan, kenapa Arin tumbuh begitu cantik, kulitnya pucat seperti porselen, tidak pernah disentuh. Matanya begitu bening dan hidungnya mancung. "Saya tidak apa-apa, kesayangan, kenapa bisa hancur begini" Arin melangkah mendekati ponsel miliknya, ia memunguti satu persatu kepingan-kepingan ponsel miliknya. Kesayangan? Ternyata Arin menyebut ponsel itu dengan kata kesayangan. Rafa ingin tertawa, Rafa lalu mendekati Arin, dan ikut berjongkok memunguti kepingan-kepingan ponsel Arin yang hancur berderai. Diliriknya lagi Arin dihadapannya. "Maaf, saya akan mengganti ponsel baru untuk kamu" ucap Rafa mencoba memberi solusi. Sesungguhnya kejadian tadi bukan salah ia sepenuhnya. Arin lah yang tidak melihat arah tujuannya, Arin lebih asyik dengan layar ponsel itu. Sehingga menyebabkan adegan tebarkan itu. "Tapi, disini banyak foto-foto saya". "Yasudah nanti kita ke konter, saa yakin pihak konter tahu cara memindahkan foto-foto kamu itu" Rafa lalu berdiri, dan kembali menatap Arin. "Kamu kenapa bisa ada disini, Arin?" Tanya Rafa. "Liburan" ucap Arin ia malah menyengir. "Sendiri?". "Iya dong, sama siapa lagi". "Liburan sendiri itu tidak baik, kalau terjadi apa-apa bagaimana? Ini Bangkok loh" ucap Rafa, lalu duduk dikursi tunggu, diikuti juga oleh Arin. "Tapi, saya sudah biasa kok. Kamu kenapa ada disini?". "Saya ada urusan kerja" ucap Rafa. "Jadi gimana, handphone saya?".

"Daripada menikah dengan lelaki pezina, lebih baik aku menjadi istri ke empat bandot tua!" teriakan Farah memenuhi kamarnya disusul dengan tangisan meraung yang mengiba. Madame Mohannad memeluk putrinya, mengusap-usap lembut rambut lurus panjangnya yang indah. ia terus berusaha menenangkan anaknya "Apa salahku Tuhan? kenapa engkau pertemukan aku dengan lelaki buruk semacam itu?" ia kembali meracau Apakah yang terjadi kepada Farah kemudian? akankah ia tetap menikahi Kemal, lelaki hidung belang yang hampir menjadi suaminya? atau Allah menyiapkannya takdir lain? tungguin ya ceritanya Insyaa Allah bikin baaper :)

"Zee," panggil Erik. "Zee zee," panggilnya lagi. Zee tersadar, dan dengan cepat berjalan keruangan Erik. "Bapak panggil saya?," Tanya Zee. "Iya," Zee lalu duduk di kursi, "Ada apa pak?," "Kamu sudah jelas Job description yang saya lampirkan," tanya Erik, ia menatap wanita berjas hitam itu. Ia di sini hanya menyuruh Zee mempelajarinya saja sambil menunggu jam pulang. "Sudah pak," "Ada yang kamu kurang mengerti?," "Saat ini saya masih mempelajarinya pak," "Jika ada yang tidak kamu mengerti, tanyakan kepada saya," ucap Erik. "Iya pak, ada lagi pak?," "Tidak, kembali saja keruangan kamu," "Iya pak,"