visualisasimen
Setelah bertahun-tahun hidup dengan trauma yang menggerogoti keberanianku untuk percaya, aku tak pernah membayangkan bisa merasa utuh kembali. Luka itu membuatku menutup diri, takut disentuh, takut berharap, takut sekali mencintai. Namun, dia hadir dengan cara yang berbeda-tanpa banyak janji, tanpa tuntutan untuk berubah lebih cepat dari yang mampu kulakukan.
Dia tidak pernah memintaku untuk melupakan masa lalu. Ia justru menghargai setiap bagian dari diriku, termasuk bagian yang paling rapuh. Dalam kesederhanaan sikapnya-cara dia mendengarkan, caranya menatapku seolah aku layak diperjuangkan-aku mulai merasakan sesuatu yang lama hilang: keyakinan bahwa aku pantas dicintai.
Ketika aku runtuh, dia tidak bertanya, "Kenapa?" Ia hanya berkata, "Aku di sini." Dan dari kehadiran itu, aku belajar bahwa kebahagiaan bukan sesuatu yang harus ditakuti, melainkan sesuatu yang boleh kupeluk pelan-pelan. Dengan dirinya, penyembuhan bukan lagi proses yang menyakitkan, tetapi perjalanan pulang menuju diriku sendiri.
Kisah ini adalah perjalanan tentang bagaimana satu kehadiran yang tulus dapat mengubah rasa takut menjadi keberanian, dan menjadikan seseorang percaya bahwa ia layak untuk dicintai... dan untuk bahagia.