Ibarat sebuah permainan, sebelum mengetahui pola, alangkah baiknya berpikir keras atau semuanya akan tandas. "Aku ngga akan pernah bisa selamanya bersama kamu." "Tapi kenapa? Bukankah banyak hal yang membuat kita terus bersama selamanya?" "Kamu salah, itu karena semesta hanya mengizinkan kita untuk bertemu, bukan bersatu." "Apa? Apa maksud kamu?" --- Masih banyak kesalahan seperti typo, tanda baca, dan alur yang kurang jelas.

-🕊️ Kurangnya kasih sayang dari orang tua, pertengkaran sahabat, dan rasa suka yang tak kunjung mendapat kepastian. Itu semua membuat Ravina semakin murung dan tak bersemangat. Tetapi karena suatu hal, dia bisa menemukan bahagianya kembali. Melupakan sejenak beban pikiran nya selama ini. -Ravina Senja Aquilla- Pembullyan di sekolahnya mulai merajalela. Radit nyaris terkena bully karena Genk yang tak tau malu di sekolahnya. Semangat nya menurun. Yang tumbuh adalah rasa dendam. Demi tidak melakukan hal yang di luar nalar, Radit meluapkan kekesalannya dengan menjerumus ke dalam hal yang menurutnya tenang. Mendapatkan kebahagiaan sederhana yang menjadi nyata. -Raditya Langit Putra- Namun, kebahagiaan mereka tak hanya sampai situ. Mereka harus banyak melewati berbagai rintangan untuk bisa menyuburkan benih mereka tanam menjadi bunga yang indah. . Cerita ini tidak mengkopi dari siapapun. Cerita ini murni dari pemikiran juga dan kisah saya sendiri. Tolong hargai karya saya. Terimakasih untuk yang sudah membaca, vote, dan komentar. Semoga cerita saya ini bisa memberikan dampak tersendiri bagi kalian semua. :) Masih banyak kesalahan seperti typo atau alur dan tokoh yang kurang jelas, harap ingatkan saya jika ada yang salah kata :) Update setiap tanggal 10

"Senja adalah keindahan tersingkat yang pernah langit suguhkan untukku. Dan kamu seperti senja, suguhan tersingkat yang pernah Tuhan ciptakan untukku. Kenapa sampai kamu yang baru saja datang, kemudian sudah pergi lagi? dan mengapa Tuhan harus menciptakanmu persis seperti senja? Kamu tidak ada bedanya dengan senja. Sama-sama jahat. Sama-sama membuat tiap orang kagum, salah satunya aku, dan ketika aku sementara berpuas diri menikmati kenyamanan di dekatmu, tiba-tiba saja ada kata 'pamit' yang harus terucap." - Kanidya