"Cium saya!" potong Lingga. "APAA?!" "Kalau kamu nggak mau, baiklah biar saya yang cium kamu." "Jangan coba-coba!" ucap Elina namun wajah Lingga malah semakin dekat hingga wajah mereka hampir bersentuhan. Elina memejamkan mata, selama beberapa saat hanya ada keheningan antara mereka. Deru napas Lingga juga masih terasa di wajahnya. Hanya saja lelaki itu sepertinya tidak bergerak. Sontak Elina pun kembali membuka matanya. Elina terkejut karena Lingga masih di depan wajahnya. "Cie beneran pengen dicium," goda Lingga. Seketika wajah Elina makin merah merona.

Angga adalah pil biru yang selalu berusaha meninggalkan masa lalunya dan lari dari kenyataan. Sementara itu, Vania adalah pil merah yang sedang berusaha mengejar dan membawanya kembali ke dunia nyata. Dunia di mana segala hal tidak selalu terlihat seperti pelangi dan mentari pagi.

"Siapa kamu?" tanyanya dengan sorot mata datar dan nafas yang menggebu-gebu - hasil dari sibuk dengan tebakannya sendiri . Pelaku yang berada di depannya bukanlah hantu, perampok ataupun orang gila. Namun pilihan ketiga nampaknya akan ia sematkan pada wanita di hadapannya yang kini sedang tersenyum sumringah begitu melihatnya. "Selamat dataaang... Aku Mimin, pembantu baru di rumah ini." "APA?"

Menjadi mantan wanita malam membuat Kania merasa tak pantas jatuh cinta pada Theo, si pria istimewa pengidap sindrom asperger. Namun, ketika Theo membuka pintu hati sepenuhnya, bolehkah Kania singgah sebentar untuk mencicipi hangatnya cinta sejati? *** Bagi Kania, mengenal Theo adalah sebuah anugerah. Pria itu tak pernah merasa terbatasi oleh sindrom asperger yang dideritanya, serta selalu dikelilingi cinta kasih dari ibu dan saudara-saudaranya. Sangat terbalik dengan kehidupan Kania yang hitam mencekam. Sebagai mantan pelacur, Kania merasa tak pantas untuk masuk ke dunia Theo yang begitu suci itu. Namun, dengan tulus Theo menawarkannya cinta sejati yang tak pernah dia dapatkan, membuat Kania tergoda untuk mencicipi kebahagiaan meski hanya sesaat. Sampai suatu hari Kania sadar bahwa kehadirannya hanya membuat Theo semakin terjerumus ke sisi tergelap. Lantas, apa yang bisa dia lakukan selain menjauh pergi?

Menyesal memang selalu menjadi yang paling akhir. Ketika semua sudah terlambat untuk disesali, manusia barulah sadar. Dosa. Sebuah kata yang begitu ditakuti. Bagaikan kutukan. Tapi.. begitu memberikan keindahan duniawi. Kesenangan yang diberikan sesaat, namun berakhir dengan kekecewaan yang teramat besar. Itulah yang dirasakan oleh seorang wanita muda berusia 18 tahun yang bernama Vanya Putri Reifaldin. Keindahan satu malam, membuatnya terbuai dan merasakan penyesalan teramat dalam hingga sekarang. Sebuah kejadian yang sama sekali tidak dia inginkan dan harapkan, namun mampu memberikannya kehidupan baru di dalam perutnya. Vanya menangis pilu di dalam kamarnya. Berkali-kali dia mengusap sayang permukaan perutnya yang masih belum begitu nampak. Cinta. Satu kata, lima huruf, dan ketika terlena, maka mampu menghancurkan segalanya dalam waktu sekejap saja. Mimpi dan harapan yang sudah sejak dulu dia rancang, sirna sudah bersama rasa kecewa yang melanda hati kedua orang tuanya. Vanya tahu, sehancur apapun dirinya, kedua orang tualah yang lebih merasakan bagaimana hancurnya dan sakitnya ketika harus menerima semua kenyataan pahit yang terjadi. Dan suatu ketika dia dikejutkan oleh takdir yang mempermainkan kembali hatinya, menguji batas kesabarannya lagi. Mampukah kali ini dia berlapang dada? Atau mungkin memilih jalan yang sama sekali tidak pernah dia fikirkan?

Aurora dengan segala kepolosan dan ketulusannya membuat dunia seorang Bryan Byun menjadi pelangi. Kehadiran gadis itu ibarat kehangatan sunrise dalam dinginnya pagi. Indah dan mendamaikan hati. Kelelahannya sebagai seorang selebriti seolah lenyap ketika ia menatap sang gadis. Bryan dengan segala kejahilan dan aura bintangnya yang tak terbantahkan membuat seorang Aurora Titania jatuh. Namun baginya, pemuda itu layaknya awan cirrus. Indah, tapi terlampau tinggi dan mustahil untuk digapai. Sampai akhirnya ia mendapatkan kesempatan yang justru menyadarkannya akan kefatamorganaan. Sean Sebastian dengan segala kebaikannya, diam-diam mengagumi Aurora. Memendam rasa hingga semesta memberikan kesempatan baginya untuk dekat dengan gadis itu. Berusaha menarik gadis berwajah innocent itu ke dalam pesonanya. Ia berhasil. Hampir. Namun.... Bryan, Aurora, dan Sean terjebak dalam perasaan yang sama. Hati mereka sama-sama tulus. Lantas hati siapakah yang akan berserakan dalam kisah ini? Highest Rank: #1 in FanFiction #1 in Humor Happy reading, Dear.... Fangirl Tale. © 2018, Dian Mu. All Rights Reserved

Dua orang yang terjebak dalam friendzone. Nyaman bersama, tetapi tidak pernah berpikir untuk menjalin hubungan yang lebih. Perbedaan prinsip dan gaya hidup membuat hubungan sebatas teman lebih mudah dijalani. Bersahabat selalu mudah dan menyenangkan sampai cinta hadir. Karena cinta bisa membuatmu mendapatkan semuanya ketika rasa itu berhasil menyatukan, atau malah kehilangan segalanya saat hubungan itu tidak berakhir sesuai harapan.

"Saya anak hukum, saya termasuk orang yang nggak mudah percaya dengan orang yang nggak saya kenal. Termasuk, kamu." --Yoga "Gue ini anak psikolog. Tapi kenapa sih, di antara semua orang yang gue kenal, cuma elo yang nggak bisa gue baca pikirannya!" --Nada Yoga itu dingin, Nada itu cerewet, Yoga kaku, Nada sok tahu. Bagi Nada, Yoga itu seperti hujan, yang dingin meski sudah berlalu. Bagi Yoga, Nada itu seperti petir, berisik! Yoga paling males meladeni hujan, karena ada atmosfer kenangan di setiap tetesannya. Tapi Nada suka hujan, karena hujan nggak pernah salah, cuma Yoga aja tuh, yang terlalu dirasuki oleh dinginnya.

[Seri Disiden #3] Sebab banyak yang bilang, seorang eligible bachelor yang suka main perempuan seperti Aksel akan berubah begitu menemukan perempuan yang tepat untuk mereka. Copyright: All Right Reserved 2017 by Crowdstroia

[ Seri Disiden #2] Karena untuk Bara, sekadar jadi cowok baik-baik saja tidak cukup. Copyright © 2017 by Crowdstroia on Wattpad.