Semua terasa membingungkan bagi Milen. Aby yang setahun lalu meminta putus secara tiba-tiba datang bersama keluarganya untuk melamar Millen. Belum cukup sampai disitu, Millen pun merasa ada yang aneh saat melihat kedekatan antara Aby dan Aksen--anak dari almarhum Bella--sahabat Millen yang meninggal karena kecelakaan. Setelah Bella meninggal Millen-lah yang merawat Aksen sesuai dengan pesan terakhir Bella. Disaat tanda tanya besar akan alasan Aby yang mau menikahinya belum terpecahkan. Millen sudah harus kembali memecahkan tanda tanya besar akan kedekatan Aby dan Aksen. Siapa sebenarnya Aksen bagi Aby? Dan ada hubungan apa diantara mereka berdua? Tidak memaksa untuk membaca tetapi silahkan baca jika memang penasaran. Happy reading!

Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Satria Raihan Wijaya ini membuatku hampir menitihkan air mata. Sebegitu kuat nya Satria menghadapi kehidupan ini. Jauh di dalam lubuk hatinya, pasti dia sudah memimpikan bersanding dengan Vanti di singgasana pernikahan yang megah. Tapi, Tuhan sepertinya berkata lain. Vanti bukanlah untuk Satria, namun untuk pria lain bernama Dario.

Beliau adalah dosen yang sempurna

Warning: 18+ hanya untuk 18 tahun ke atas! Short Story-Real Story (One part) Diadaptasi dari kisah nyata. Ada penambahan dan pengurangan di beberapa bagian dalam jalan cerita *** "Enggh." lenguhku menahan sakit yang melanda di sekujur tubuhku. Kepala hingga kakiku sakit sekali. Aku juga bisa melihat beberapa bagian tubuhku terluka dan dibalut menggunakan kasa luka dan perban. "Dik, kamu gak papa? Mana yang sakit? Biar Kakak lihat" suaranya yang lembut seakan membiusku untuk semakin bersemangat bangkit dari ranjang ini. "Shtt... jangan gerak-gerak dulu. Kamu belum sehat. Tidur saja. Tenang ya sekarang kamu di UKS. Kamu istirahat saja." "Tap..pi Os..pek nya? Gi..mana?" tanyaku merintih menahan sakit.

Dia Sukma, wanita matang dan dewasa berprofesi sebagai Dosen di salah satu Universitas di Kota Surabaya. Selain dewasa dan matang, Sukma adalah dosen yang terkenal sangat pandai dan teliti. Kehidupannya sehari-hari selalu diisi dengan hal positif sampai saking positif nya dia tidak pernah berpikir negatif kepada semua orang bahkan sampai mengenai jodoh. Di usianya yang sekarang, hampir menginjak kepala empat, mungkin wanita diluar sana sudah memiliki anak seusia akhir tahap pendidikan sekolah dasar atau memasuki masa SMP. Itu bisa saja terjadi karena kalkulasi data yang telah ada. Tapi, kembali lagi karena sifat nya yang terlalu perfectionist, alias menuntut setiap kesempurnaan dalam setiap pengerjaan, sampai detik ini Sukma belum menikah. Ya, dia wanita karir sukses namun berstatus perawan ting-ting.

Warning: 18+ hanya untuk 18 tahun ke atas! Short Story *** "Dara mau menikah dengan kamu. Dia mau menjadi istri kedua kamu Ram." ujar Papa. Sontak aku tak percaya. Mataku melotot bergantian melihat Papa, Mama lalu ke Dara. "Apaa? ini tidak mungkin." aku menggelangkan kepalaku pelan. Namun ketika lebih dalam lagi ku lihat sorot mata Dara yang penuh kepastian, aku menghembuskan nafas kasar. "Tidak Ma , Pa. Jangan gila! Aku mencintai Afa. Selamanya. Tidak akan ada yang bisa menggantikannya di dalam hidupku. Tidak kamu Dara atau siapapun. Tidak! lagipula kami akan melakukan proses bayi tabung!" geramku melihat tingkah dan kelakukan Papa Mama yang sungguh kekanakan. "Baiklah. Lakukan Ram! jika tidak berhasil, berjanjilah untuk menikahi Dara dan memberi Papa dan Mama seorang cucu." semua ucapan Papa seakan-akan menohok ku. Ini diluar kendaliku. bagaimana jika prosesi bayi tabung itu gagal?

(Sudah terbit di GagasMedia) Kamu terlalu sibuk dengan urusanmu sendiri, mengabaikan dia yang sangat menyayangimu Yang selalu ada untukmu Yang selalu jadi tempat bersandarmu di kala gundah Yang kamu lupakan saat kamu bahagia Bagaimana jika cinta datang terlambat? Ketika kamu sadar kalau dia amat berarti untukmu Namun dia memilih pergi Mungkin karena terlalu lelah untuk menunggumu peka. "Love Isn't Mean To Be Have" Copyright 2017 by Pramesti Luvi

Mereka pernah bersama. Mereka pernah melewati waktu bersama-sama. Mereka pernah melakukan serta membicarakan banyak hal bersama. Mereka pernah tertawa bersama. Mereka pernah sama-sama membentuk sebuah mimpi. Mereka pernah bermimpi untuk selalu bersama. Pernah. Namun tak lagi. Mereka sudah terpisah.