user11082086
- Reads 1,455
- Votes 54
- Parts 3
Awalnya aku ragu untuk memakai cadar. Aku selalu dibilang "so alim", " aneh" dan kata-kata lain yang menyakitkan hatiku. Namun setelah bertemu dengan maria, anak pesantren yang kemudian menjadi sahabat terbaikku, aku tidak lagi ragu untuk memakai cadar dan pakaian yang syar'i. Dengan memakai cadar itu, aku teringat ibuku yang selalu memakai cadar. Namun, kenyataan berkehendak lain. Ibuku meninggal karena kecelakaan saat sedang mencariku. Dulu aku tidak bisa menjaga auratku. Aku mengikuti pergaulan dengan teman dancer yang pakaiannya sangat minim sekali. Aku selalu pulang larut malam karena mengikuti kegiatan itu. Saat aku pulang, ku lihat banyak orang dan ku temukan tubuh ibuku yang terbaring diruang tamu. Air mataku terus mengalir mengingat kejadian itu. Aku menyesali itu semua. Hingga akhirnya, setelah aku bertemu maria, aku bertemu dengan seseorang yang sangat aku kagumi. Seorang anak kiyai besar pengasuh pondok pesantren al-hikmah, jawa tengah. Dia adalah gus asif.