salwahsn12
- Reads 2,838
- Votes 174
- Parts 24
Setiap pagi aku datang lebih cepat dari jadwal, memastikan spidol tersusun rapi, papan bersih, meja tidak ada coretan aneh, dan kelas sunyi. Tidak ada suara, tidak ada gangguan, tidak ada hal yang membuat alur pikiranku terpotong.
Tapi hari ini ada firasat buruk menggelayuti udara.
Biasanya mahasiswa hanya takut padaku dan itu bagus. Tapi entah kenapa, beberapa dari mereka tampak gelisah dari tadi. Saling bisik, saling melirik ke arah pintu.
Seolah mereka menunggu sesuatu.
Atau seseorang.
Aku menarik napas, fokus menulis rumus di papan.
Dan kemudian
BRUK!
Pintu terbuka keras.
Aku menoleh.
Dan di sana terlihat seorang mahasiswi dengan kemeja warna pink, kopi di tangan, dan muka tanpa rasa bersalah.
"apa itu?" tanyaku dalam hati.
Warna. Kopi.
Di kelas Matematik Tingkat Lanjut.
Hari ini sudah resmi berantakan.
- HARVI RAFA ALFAREZ
Aku tahu aku terlambat.
Serius deh, mana ada orang normal yang berlari sambil mengejar ayam pukul tujuh pagi?
Tapi mau bagaimana lagi? Kalau aku biarkan ayam itu kabur, tetangga bakal marah. Dan kalau tetangga marah depan rumah, hidupku bisa tamat sebelum UAS.
Makanya, meski napas ngos-ngosan dan kopi hampir tumpah, aku tetap melangkah masuk kelas dengan penuh percaya diri.
Begitu pintu kubuka
Suasana langsung sunyi. Sunyi banget. Sampai aku bisa dengar suara degupan jantungku sendiri atau mungkin itu suara detik-detik kematian sosialku, Lalu aku melihat dia.
Dosen galak terkenal.
kemeja putih dengan jas hitam.
Tatapan? Kayak penghapus yang jatuh dari lantai tiga: tajam dan mematikan.
Oke, oke mungkin kemejaku memang terlalu ngejreng. Tapi setidaknya aku datang, kan? Itu sudah prestasi besar buat hari kacau seperti ini.
Aku tersenyum kecil.
Semoga dia tidak terlalu galak.
Lalu dia menghela napas panjang, panjang sekali, seperti baru kehilangan sisa kesabarannya.
Oke.
Dia galak.
Banget.
Tapi entah kenapa, aku merasa hari ini bakal menarik.
- AZA ANINDYA HALIM