lactopio
- Reads 15,108
- Votes 1,704
- Parts 20
Waktu tidak pernah benar-benar menyembuhkan-ia hanya mengajarkan cara berjalan tanpa terus-menerus menoleh ke belakang. Luka itu tetap ada, tersembunyi di antara senyum yang dipaksakan dan tawa yang tak lagi utuh.
Ia pernah percaya, pernah menggenggam erat tangan yang akhirnya menusuk dari belakang. Tapi dari situ pula ia belajar ; tidak semua yang tumbuh bersama layak bertahan, dan tidak semua yang hangat itu tulus.
Kini, ia melangkah pelan, tapi pasti-meninggalkan jejak dari kisah yang telah selesai. Kantaka tak lagi menghentikan langkahnya. Duri itu tetap ada, tapi tak lagi menguasai.
Yang tersisa hanyalah pelajaran ; bahwa pengkhianatan bisa menjadi awal dari keberanian baru.