Selama hidupnya, Hana belum pernah benar-benar jatuh cinta. Hingga suatu hari ia bertemu Tama, laki-laki yang sudah pernah menikah, lalu bercerai, dan sama sekali tak berniat menikah lagi. Keduanya bertemu lalu jatuh cinta. Sayangnya ada satu kendala. Tama adalah mantan kakak ipar Hana. **** Hana seorang mahasiswi DKV asal Surabaya, harus menerima kenyataan pahit bahwa kekasihnya selama setahun ini, ternyata selingkuh! Hana yang patah hati mencurahkan kesedihannya pada kakak perempuannya, Naya. Kakaknya itu juga menyarankan agar Hana pergi menghibur diri dengan liburan ke Bali. Dia juga membantu menghubungi mantan suaminya, Pratama, yang sekarang tinggal di Bali untuk membantu menyediakan akomodasi selama perjalanan Hana di sana. Tama menemani Hana selama di Bali. Semakin lama mereka jadi semakin dekat. Tanpa mereka sadari perasaan yang berbeda mulai tumbuh di hati. Hana menyangkalnya setengah mati. Tidak mungkin dia jatuh cinta pada mantan kakak iparnya kan?

Perjodohan dengan Mia Sparks membawa William Clifford terjebak dalam pernikahan yang membuatnya kesal hampir setiap hari akibat kecerobohan dan sifat pelupa Mia. Tetapi, ketika masa lalu Mia muncul dan mengusik pernikahan mereka, William sadar bahwa melepaskan Mia merupakan hal yang tidak akan pernah ia lakukan. *** William Clifford tidak terlalu memusingkan kriteria yang diinginkannya sebagai calon istri; ia hanya ingin wanita yang dapat mengurus rumah tangga mereka nantinya. Jadi, ketika ibunya menjodohkan William dengan Mia Sparks yang merupakan anak dari sahabat ibunya, William menerimanya. Tetapi, hidup bersama dengan Mia tidak semudah yang William bayangkan. Sifat ceroboh dan pelupa Mia membuat William harus membereskan kekacauan yang dibuat wanita itu hampir setiap harinya. Hal yang tidak diketahui William adalah alasan di balik kecerobohan dan sifat pelupa Mia juga bagian dari masa lalu Mia yang wanita itu tutupi dari William. Nahas, ketika William mengetahui sebab di balik semua itu, mungkin sudah terlambat bagi William untuk menyelamatkan pernikahan mereka.

Bagi sebagian orang, mungkin proses interview melamar pekerjaan merupakan sesuatu yang menyenangkan. Tapi tidak bagiku, aku yang kadar paniknya suka melebihi rata-rata, menganggap interview adalah sebuah momok yang menakutkan. Bagaimana kita berinteraksi dengan orang baru, bagaimana kita menjual kelebihan diri di depan User, dan membuat mereka merasa memilih kita adalah pilihan yang tepat. Terlebih ketika aku bertemu dengan seseorang yang tak terduga dan mulai mengganggu hari-hariku. Inilah pengalamanku yang seorang fresh graduate dalam mencari pekerjaan di kota metropolitan yang sibuk. Adakah diantara kalian yang sedang bernasib sama denganku?