Emilia, seperti kata Neruda, huruf-huruf melukaiku saat menuliskan kisahmu. Tetapi aku bahagia ketika bisa membagi kisah ini dengan pembaca.

Bagi Kanaya Ramadani, menjadi dokter adalah cita-citanya sejak kecil. Namun sepertinya impiannya harus kandas karena ayahnya yang seorang pegawai pemerintahan biasa menyatakan tak sanggup membiayai kuliah kedokteran yang mahal. Bagi Sora Putra Ginanjar, paralayang adalah dunianya. Namun ia seorang Ginanjar, putra satu-satunya dari keluarga terpandang yang turun temurun berprofesi sebagai dokter. Sora pun diharapkan untuk jadi dokter. Tapi Sora menolak. Ia lebih memilih menantang bahaya melayang-layang di udara dengan parasutnya. Kanaya membenci Sora karena itu. Baginya, Sora tak lebih dari seorang pemuda kaya sombong dan urakan yang menyia-nyiakan hidupnya. Namun ada alasan lain lagi yang membuat Kanaya begitu benci pada Sora. Alasan yang jadi rahasia besarnya. Sementara menurut Sora, Kanaya adalah gadis paling keras kepala, cerewet, dan sok tahu. Sora tak mengerti kenapa Kanaya begitu membencinya. Karenanya Sora pun sakit hati dan membenci Kana. Tak dinyana, di ketinggian gunung, di sebuah resort yang indah, mereka harus menjadi rekan kerja paruh waktu selama dua minggu liburan sekolah. Akankah mereka terus saling benci atau berusaha saling memahami? "Kamu adalah ilalang yang sedang berjuang untuk menemukan tempat yang tepat." ------------ Cerita ini diikutsertakan dalam acara #grasindostoryInc Start Publish: 15 November 2018

"Dia duduk di sampingku dengan mantel basah, mencabuti kenangan dari kepalanya. Masa lalu yang belum usai sering menyakitkan bukan?" Ini kisah tentang Senggani. Perjalanan mempertemukannya dengan Pengelana. Lalu musim-musim mengajarinya, bahwa di dunia ini bukan hanya dia seorang yang pernah patah hati. ---- Selamat membaca. Sebagian bab dikunci karena sedang proses terbit :) Terima kasih semuanya. 🙏