Aluna seorang gadis feminim berhati lembut, tinggal di panti asuhan sejak bayi. Tak jelas asal usulnya, siapa ayahnya dan siapa ibunya. Dari irish matanya yang berwarna coklat muda terang atau amber dan warna kulitnya yang berwarna putih pucat serta coklat terang rambutnya bisa di pastikan Aluna bukan keturunan asli Indonesia, mungkin ayah atau ibunya yang Asia karena tinggi badan nya yang tak begitu tinggi. Gadis manis dan pendiam itu sangat menyukai musik dan lagu. Suaranya sangat indah saat menyanyikan bait-bait lagu, siapapun akan terpesona oleh suara indahnya. Aluna sedikit tertutup namun ia ramah pada siapapun, ia akan menampilkan senyum tulusnya pada siapapun yang ia temui atau berpapasan denganya. Berbanding terbalik dengan Aluna yang lembut dan manis, Tishya yang seringkali berpenampilan casual adalah seorang gadis periang. Rambutnya yang hitam legam terurai acak-acakan, seringnya ia mengikatnya asal. kulitnya kuning kemerahan karena paparan sinar matahari. Aluna dan Tishya bak satu hal yang tak dapat di pisahkan. Dimana ada Aluna tak akan jauh disana ada Tishya. setidaknya itu yang terjadi selama lima belas tahun ini.

Sari. Mantan istriku, mantan istri siriku tepatnya. Tujuh tahun berpisah denganya, nampaknya ia tak banyak berubah, padahal kalo tidak salah sekarang usianya 35 tahun. Kulitnya kuning bersih, matanya coklat gelap, badanya masih nampak ramping, sama seperti dua belas tahun lalu saat pertama bertemu denganya. Tinggi badanya tak sampai 160cm. Sari hadir mengisi celah saat konflik terjadi antara aku dan istri pertamaku terjadi. Mengalir begitu saja hingga ku nikahi dia secara agama. Empat tahun kujalani pernikahan siriku, semakin tersadar bahwa aku sangat mencintai istri pertamaku dan tak ingin lebih lama menyakitinya, hingga kuputuskan untuk memceraikan Sari saat itu juga.