Lelanara
Sebuah Jiwa yang Tak Pernah Benar-Benar Punya Rumah.
Andai kalian tahu betapa aku dulu ingin mati...
Bukan karena aku lemah. Tapi karena aku lelah mencari tempat pulang, dan tak satu pun yang betulan mau menampung luka-luka yang aku bawa.
Orang-orang pikir aku kuat karena bisa tertawa. Padahal seringkali, itu cuma cara agar mereka berhenti bertanya.
Aku menjalani hidup seperti sedang menyusuri lorong panjang tanpa jendela-kadang terang, tapi lebih sering gelap.
Dan di antara gelap itu, aku jatuh. Berkali-kali.
Kadang ke lubang dosa, kadang ke pelukan yang salah, kadang ke titik paling sunyi di kepala sendiri.
Tapi anehnya, Tuhan seperti tak pernah benar-benar pergi.
Meski aku sempat melupakannya... Dia tetap memelukku diam-diam.