Japitere
Liam perlahan kehilangan definisi tentang dirinya sendiri. Ia harus bersiap dengan segala kemungkinan di hari esok. Setiap kali wajahnya berganti, sesuatu dalam dirinya ikut berubah, entah dari cara bicara, cara bersikap, hingga muncul kilas balik yang bukan miliknya.
Semakin ia berusaha tetap utuh, justru semakin ia kehilangan kepastian tentang siapa yang hidup di tubuhnya. Di titik itu, Liam mulai memahami satu hal sederhana, bahwa kehilangan terbesar manusia bukanlah ketika sesuatu diambil darinya, melainkan ketika tak lagi ingat apa yang pernah jadi miliknya.