[𝕆𝕟 ℍ𝕠𝕝𝕕] ᴴᵉʳ. ᴶᵘˢᵗ ʰᵉʳ. "ρℓєαѕє тєℓℓ мє уσυ тнιηк αвσυт мє αѕ мυ¢н αѕ ι тнιηк αвσυт уσυ. ι ωαηт тσ ƒєєℓ уσυя ℓιρѕ ση мιηє. ι ωαηт уσυ тσ ωαηт мє. ι ℓσνє уσυ ∂ση'т αѕк мє ωну. ιƒ уσυ'яє мιηє, уσυ'яє σηℓу мιηє. ι ∂ση'т ℓιкє ѕнαяιηg"... ᴀ ꜱᴛᴀʟᴋᴇʀ ɪꜱ ᴡᴀᴛᴄʜɪɴɢ. ★#780 ɪɴ ᴍʏꜱᴛᴇʀʏ/ᴛʜʀɪʟʟᴇʀ★ ᴛʜᴇ ᴄᴏᴠᴇʀ ɪꜱ ᴍᴀᴅᴇ ʙʏ ᴍᴇ, ᴜꜱɪɴɢ ᴀ ᴘɪᴄᴛᴜʀᴇ ꜰʀᴏᴍ @ᴡᴇʜᴇᴀʀᴛɪᴛ.

🍁🍁🍁 "Ayo naik!" "Tapi sepedanya gimana, Kak?" "Nanti kakak balik lagi dan bawa sepeda kamu." Rania pun naik ke punggung Radit. "Makasih, Kak." Radit tidak menjawab, Rania mengeratkan pelukannya. Rania tidak mengerti mengapa kakaknya bisa ada di tempat dia bermain. Tapi Rania senang, sang kakak datang tepat waktu dan memberikan pertolongan. Sore itu, angin berembus begitu sejuk. Menerbangkan beberapa helai rambut Rania. Menggoyangkan para ilalang yang tumbuh di pinggir-pinggir jalan. Rania bahagia bisa digendong kakaknya yang paling tampan dan galak. Itu tandanya, sang kakak menyayanginya. "Kakak sayang sama aku?" Radit tidak menjawab. "Kakak sayang sama aku nggak?" Tetap sama. Radit tidak menjawab. "Iiih kak Radit," rengek Rania. 🍁🍁🍁 Maaf, jika cerita ini nanti tidak sesuai harapan kalian, tidak sejalan dengan keinginan kalian. Aku hanya penulis amatir yang sedang berusaha memberikan sesuatu yang In Syaa Allah bermanfaat lewat tulisan ini.