Saat semuanya berlabuh di Selatan

"Perjuangan adalah pupuk untuk membuat Sang Pohon tumbuh menghasilkan buah yang akan kita petik sendiri." Begitulah motivasi seorang yang biasanya di lingkungan rumah dipanggil Noer, atau di sekolah dipanggil Mahen, dan Hendra dari istrinya tercinta. Seorang anak remaja yang sedari bayi tinggal jauh dari kota bukanlah hambatan untuk menjalani hidup. Bahkan dari sekian sekolah di dekat rumahnya, ia tetap jauh menuntut ilmu ke kota. Melintasi perairan, berlari secepatnya menjadi makanan sehari-hari. Tapi dari semua itu ada yang jauh dari sulit. Gadis kota! Salahkah ia jatuh cinta kepada gadis kota? Tentu saja tidak! Cinta bukan kita yang memilih kan? Tapi memiliki perhatian sang Satpam jauh lebih menegangkan untuk mendapatkannya. Inilah Tepi Kota. Bukan hanya cinta murah yang terjadi di dalam sini. Ini cerita kehidupan, cerita sehari-hari. Lepaskanlah beban sejenak, cerita ini hanya mengikuti alur kehidupan seorang remaja yang menjadi pria gagah berwibawa nantinya. Dipastikan cerita ini ringan untuk diikuti.

[REVISION PROGRESS] Setelah temannya yang telah merasakan pahit dan manisnya kepada cinta pertamanya, giliran Haqi nih yang merasakannya. Cowok humoris itu merasakannya, waduh gimana nih ceritanya. Pastinya mantap lah. Kok tiba-tiba brubah jing deskripsi nya?

Sejak kecelakaan besar anak itu tidak bisa berteriak untuk melepaskan emosinya. Pianonya dan biolanya yang mewakili perasaannya. Berharap alam mengerti apa isi hatinya. Tetapi itu semua tidak membuat dirinya tertutup. Hiperaktif, jahil, susah dibilangin, dan selalu bikin guru baper adalah asupannya. Beruntung juga ia ditemukan dengan 'Gengnya' yang amat random, 'Kakaknya' yang terlalu perhatian, 'Mamanya' yang sabar, dan... 'RemBulannya' yang indah. Ini bukan sekadar kisah cinta antara dua sejoli, tetapi juga cinta kepada keluarga, dan juga sahabat.