Anggiana602
Ditinggal sendirian di rumah yang dulu menjadi tempat ternyaman untuk pulang. Kini aku hanya ingin tetap bertahan, tanpa harus menghilang, meski otakku terus berbisik, "Mari berhenti berjuang untuk hidup."
Semua orang melihatku baik-baik saja, tanpa tahu bahwa di dalam diriku telah lama berserakan kepingan yang tak lagi utuh.
Andaikan mereka mau sedikit mengintip ke dalam, mungkin akan terlihat betapa rusaknya rumah yang kusebut diri ini.
Lalu, haruskah aku mengikuti suara yang memintaku menyerah, atau tetap bertahan dengan sisa keping hati yang tak pernah benar-benar bisa diperbaiki?
~Tentang rumah yang hanya ada aku sendiri di dalamnya~