Ini berkisah tentang Nanda yang takut jatuh cinta karena memiliki masa lalu dengan mantan nya yang membuat dia trauma, bertemu dengan Adrian yang cuek dengan cewe dikarenakan dia pernah memiliki rasa terhadap sahabat masa kecilnya tetapi sahabat nya pergi begitu saja. Sejak bertemu Nanda, Adrian tau bahwa cinta harus saling mengerti, saling percaya, dan saling memahami. Namun tiba - tiba sahabat Adrian datang, di saat hari penting Adrian juga Nanda.

[completed] [available on book stores] [winner of wattys 2017 category the new commers] Pertemuanku dengan Fero awalnya hanya sebatas kenal saja. Bahkan untuk berteman dengannya pun tidak pernah terbersit dalam kepalaku. Bukan karena aku tidak suka bergaul, tapi asal kau tahu, Fero itu lain orangnya. Sebuah insiden membuatku terperangkap pada lingkaran pertemanan Fero dan gengnya. Aku bersumpah untuk mengutuk hari-hariku yang akan selalu bertemu mereka sejak saat itu. Kukira hadirnya Fero sebagai pengganggu. Nyatanya anak itu hadir sebagai pelindungku nomor satu. Katanya, apa pun soalku, pasti selalu dia usahakan. Meskipun aku tak pernah memberi upah atas semua usahanya itu. Kini, setelah aku begitu jauh mengenali dia, aku baru sadar kalau anak itu memang lain. Fero, lelakiku yang takut pada kembang brokoli, bisakah kita duduk berdua di atas gedung itu sekali lagi? Copyright®️ by Rishaatp, 2017.

SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA. [TOP 6 BEST SELLER NOVEL BIP] -------------------------------------------------- Akan tiba satu hari... dimana kita menoleh ke belakang untuk melihat beragam hal yang kita lalui Satu hari, dari sekian ratus jam yang telah kita lewati dengan jatuh dan bangun Satu hari, dimana kita bersyukur dengan keputusan yang kita ambil Satu hari, dimana kita menyesal atas kebodohan dan kesalahan yang kita lakukan Juga satu hari, dimana kita bisa melihat hidup dalam kilasan-kilasan singkat Aku lebih suka memanggil satu hari itu dengan sebutan; kaleidoscope of memories.

#495 dalam Teenfic 29/02/2018 #312 dalam Random 11/06/2018 Fan, gue sama sekali gak punya keinginan untuk merasakan sakit hati. Tapi entah mengapa semua sikap lo membuat hati gue berkenalan dengan perih. Gue pengen bilang sesuatu, ini tentang kita tapi gue gak tau kenapa saatnya selalu gak tepat. Ketika perasaan gue udah mantap ingin memperbaiki kesalahan mengapa selalu ada air mata sebelum gue mengungkap kata.