inurharu_22
- Reads 18,931
- Votes 447
- Parts 14
Wahyu bercerita tentang penari yang ia temui, kecantikanya, ia ceritakan semua
bukan sambutan yang Wahyu dapat, tapi tatapan kebingungan lah yang pertama Wahyu lihat. "tidak ada desa lagi disini" kata Bima, Wahyu yang mendengar itu tidak terima. "tau darimana kamu?"
"aku sudah sering ke Kota Yu"
"Prokerku berhubungan sama program hasil alam, jadi sering ikut ke kota sama orang sini", "sampai sekarang, aku belum nemuin satu lagi kampung di dekat sini"
"bicara apa, nipu?" kata Wahyu geram. "Mas" kata Nur, "memang gak ada lagi desa disini, kan sudah pernah di bahas dulu.
"kalian kalau gak percaya tak kasih bukti kalau ada desa lain di sekitar sini" Widya yang sedari tadi diam, tiba-tiba di tarik oleh Wahyu. "tanya sama Widya kalau tidak percaya" Widya masih diam, lama.
karena tidak sabar, Wahyu membuka paksa tas Widya dan mengambil bingkisan itu, bukan koran lagi yang Wahyu temuin, namun, daun pisang yang terbungkus di jajanan pemberian bapak tua itu.
tepat ketika Wahyu membuka bingkisan itu. Semua orang melihat isi di dalam bingkisan itu, berlendir, dan aromanya sangat amis, tidak salah lagi, di dalam bingkisan itu adalah kepala monyet yang masih segar dengan darah di daun pisangnya.
Semakin hari semakin banyak kejadian diluar nalar manusia, puncaknya saat sepasang kekasih melakukan hubungan terlarang di tempat keramat desa tersebut