Sendu menjalar menemui kelam, kemudian bersatu membentuk kesedihan mendalam. Pekat, hitam, dan legam. Sudah dengan berani ia tuang semua rasa yang dia punya, sudah ia kerahkan raga dan rasa hanya untuk tuan semata. Namun tuan, tidak kah kali ini kau terlalu kejam? dengan mengukir goresan luka sebagai balasan cinta dan setia yang dia salur lewat panca indra. Kalau boleh dia berkata jujur, dia tahu dia salah. Dia tahu bahwa ia ingkar terhadap apa yang ia ucapkan, yang bicara remeh terhadap cinta, dengan berkata bahwa dia tidak akan meletakan rasa di tengah komunikasi antar sahaya. Haha, ternyata dia telah menelan pekat kata-kata itu, dia menyukai anda, maaf karena seolah sudah setuju bahwa tidak akan ada cinta antara sahaya ini. Padahal, ia hanya tak ingin anda tau bahwa dia meletakan anuraga ini, dengan sepihak, tanpa anda tahu dan tanpa anda duga. Dia sudah tenggelam dalam nestapa, karena menunggu atma yang jelas kepergiannya, dan tak akan kembali, ucapnya.