Bagaimana rasanya menjadi orangtua dadakan di saat dirimu masih menginjak bangku sekolah menengah atas? Adelia yang baru saja membeli makan di taman menemukan batita yang tengah berusaha berjalan, terlihat batita tersebut masih belum bisa berjalan lancar. Batita itu menangis menatap Adelia, menggumamkan kata "momma" dengan tangan yang seolah berusaha menggapai dirinya. Saat sedang mencari orangtua kandung sang batita, Adelia tak sengaja menabrak pria remaja. Sebuah ketidak sengajaan yang membuat keadaannya semakin rumit. "Dadda" rengek sang batita. "Aku mohon bantu aku, setidaknya kau ada sampai ia tertidur" mohon Adelia tak tega mendengar suara tangis batita yang sudah serak. "Ck, yaudah buruan tidurin dia!". Sebuah awal pilihan Alfariel yang memporak porandakan masa remajanya. Highest rank : #1 romance #1 highschool #1 ceritacinta #1 parents #1 lifeschool #1 nerd #1 married #1 abg #1 fiksi #2 remaja #3 teenfiction #3 baper

Lima tahun berlalu setelah tragedi Polong Mayit. Pertumpahan darah menyisakan bangkai yang harus mereka timbun untuk menutup bau busuknya. Adalah Desa Leduk, sebuah desa di daerah pesisir yang merupakan Desa dengan pemakaman terbesar. Namun tanah desa terlalu banyak menelan mayat. Hingga tiba saatnya bumi Leduk memuntahkan isinya. Semua yang ada dibalik batu nisan, terlunta-lunta di jalanan desa. Berbaris rapi seperti sebuah karnaval, karnaval ghaib dari barisan keranda merah.

Ketika sekeping rupiah tak datang, mereka menjemput sendiri ke rumah orang. Hampir setiap tengah malam. Kampung Bayang jauh dari pusat kota. Kampung Bayang juga jauh dari sejahtera. Yang berjajar di pasar bukan hanya pedagang, tapi juga peminta-minta.

[3] TERBIT 📖 - "Gue kangen dengan sosok lo di luar sekolah." Clara menunduk, tersenyum kecil. Lalu ditolehkannya kepalanya kembali kepada Arjuna. "Kenapa lo nggak jadi diri lo sendiri aja, Jun? Kenapa lo harus selalu terlihat berbeda?" Arjuna diam lama. Tatapannya kosong. "Kalau lo tahu apa yang sebenarnya terjadi di diri gue, apa lo tetap bakalan di samping gue sampai kapan pun?" Clara melebarkan senyumnya. "Pasti. Lo nggak harus mempertanyakan itu, kan?" Arjuna tersenyum miring. Clara sampai kapan pun tak tahu dengan siapa yang dia hadapi. copyright©2020 by sirhayani