Amaranteya
- Reads 5,005
- Votes 1,103
- Parts 32
(Dimohon dengan sangat, hati-hati saat memahami isi di dalamnya, rawan tersesat)
Pemahaman dogmatis sudah lebih dari cukup bagi Laith untuk menyembah Tuhan. Tak perlu tanya ini dan itu, intinya jalankan saja. Toh, bagaimanapun mengorek tentang-Nya, tetap ada batas yang tidak akan bisa dipahami Laith. Karenanya pula, ia stagnan, bertahan dalam kejumudan iman.
Namun, itu dirinya sebelum bertemu sosok perempuan dalam mimpi yang tiba-tiba sungguh ada di depan mata. Bermula dari bincang singkat perihal Beauvoir, filsuf yang oleh Albert Camus, dianggap telah membuat para pria Prancis terlihat konyol, prinsip dogmatis Laith dikikis habis.
Di sisi lain, pertemuan itu berimbas pada Oryza, perempuan yang selama ini bisa mewujudkan ungkapan "Do ut des" sebagaimana yang diharapkan Laith. Aku memberi, supaya engkau memberi. Keduanya ... kacau.
Sederhana, bisakah Laith mengurai jumud yang selama ini membelitnya, tanpa menjatuhkan salah satu dari mereka? Ah ... bukan, bisakah Laith tetap berdiri tanpa goyah?
"Lo aja bingung sama yang katanya lo sembah. Jadi, lo nyembah siapa selama ini?"
______________
Warning! Be wise reader! Amaranteya's stories are always full of mature contents (even though it doesn't mean about sexuality) and sensitive topic.