Bukanlah takdir yang menuntun mereka dalam kebimbangan. Jika apa yang kamu punya sekarang ternyata semua bukanlah milikmu, apa yang hendak kamu lakukan? Berjuang? atau Merelakannya? Aku ingin mempertahankankannya, tapi aku akan menyakiti sepasang manusia yang sudah bersama. Apa memang aku tidak ditakdirkan untuk berharap masa depan yang indah dan penuh cinta? -Dian- Aku jadi bertanya-tanya perasaan apa yang ditujukannya padaku selama ini. Kita bersama dalam ikatan persahabatan. Aku hanya ingin kepastian tentang masa depan yang pernah kita mimpikan bersama. -Amara- Siapa yang ingin kurengkuh kebahagiannya? -Danang-

Takdir tak akan pernah ada yang tau kecuali sang maha kuasa. Ada yang bilang, batas antara cinta dan benci itu setipis rambut yang telah terbelah berkali-kali. Bahkan karena batasnya yang terlalau tipis itu, bisa membuat mereka tertukar atau pun bersatu. Tapi, kita tak bisa memilih kedua rasa itu. Kita harus memilih salah satunya. Mungkin saja dulunya kau memiliki cinta dan kedepannya kau lebih memilih melepaskan sang cinta kemudian meraih kebencian. Tapi bisa juga kau mempertahankan sang cinta, yang entah akan membuatmu hancur atau bahagia. Bahkan kau dulunya yang memiliki kebencian akan melepaskannya dan memupuk cinta didalam hatimu. Kisah ini memang berawal dari kedua rasa itu. Dua orang dengan rasa yang berbeda terpaksa bersatu, dengan harapan dan tujuan yang berbeda.

"Kalian pikir gue sudi ? bahkan nyentuh sehelai rambutnya aja gue jijik, semua yang ada sama dia itu sangat menjijikkan di mata gue, kayak sampah yang udah gak bisa di daur ulang !". Satu hal yang mau gue lihat dari dia adalah hancur se-hancur hancurnya, dan sebelum itu terlaksana, tidak akan ada kata berhenti. - Bima Arganda "Elo pengen lihat gue hancur kayak gimana lagi Bim ? elo pengen liat gue tersiksa kayak gimana lagi ? elo gak tahu gimana rasanya ada di posisi gue ! gue gila ngadepin kalian semua !" Rasanya gue hidup tapi mati, gue gak tahu harus bersabar dengan cara seperti apa lagi. Dia sukses membuat seisi dunia benci sama gue tanpa tahu kenyataan yang sebenarnya. - Alzia Khanza