Reyya: Frasa dan Rasa
Senja kembali dibungkam luka. Jalanan dekil semakin penuh kerikil. Hanya air mataku yang punya euforia. Entah harus menyerah atau pasrah. Lelah ragaku memungut rasa. Menyuarakan sendu yang menjadi lara. Mengerami lirih-lirih jiwa. Pada takdir yang membunuh cinta. Bait aksara selalu meracau. Berderap mengabarkan l...