Informasi seputar wattpad

Pernah bergabung dalam program Paid Stories Wattpad dari 27 Mei 2020 sampai dengan 8 Juni 2021. Julio Harding adalah seorang petarung misterius yang kemudian diangkat menjadi panglima kerajaan Mazahs untuk melindungi kerajaan dari para penyihir, sekte pemuja setan, iblis, dan hutan Dunkelheit yang penuh godaan. Namun, rencananya tidak berjalan mulus karena dia mengetahui jati dirinya yang asli dan banyaknya pengkhianatan yang terjadi. *** Julio Harding merupakan pria misterius yang tidak mudah terpengaruh oleh apa pun bahkan oleh godaan Joanna Hawthrone yang terus-terusan mengujinya. Oleh sebab itu, ia diminta sang raja untuk menjadi petarung di kerajaannya. Dia ditugaskan sang raja untuk menjaga kerajaan Mazahs dan juga sang putri, Joanna Hawthrone, yang diincar oleh para penyihir untuk membangkitkan sesuatu yang berada di dalam hutan Dunkelheit. Mereka menginginkan darah perawan sang putri. Kelengahan Julio pada suatu hari berujung fatal, Joanna jatuh tidak sadarkan diri, keadaan istana kacau karena raja mereka mati dan perang yang berada di depan mata. Mampukah Julio Harding menemukan cara untuk melindungi kerajaan Mazahs? Dan ketika sang putri sudah berusaha membuka pintu hatinya, dapatkah Julio melakukan hal yang sama? The Wattys 2018 Winner : The Heroes category. Don't copy my story. I hate plagiarism!!

Baiklah, dari mana kita memulai kisah ini? Tentang pengorbanan? Tentang yang dikucilkan namun muncul kepermukaan, atau tentang bagaimana mereka bertemu. Semuanya tentang seorang gadis yang dijual untuk dikorbankan, muncul dan mengacaukan segalanya. Evria dibeli, untuk dikorbankan kepada seorang pria kejam yang rumornya tidak kenal ampun. Ia adalah hadiah untuk pria itu yang dipaggil sang pedang hidup sang Raja. Menjadi bayangan kuat dari manusia serigala yang akhirnya mengambil alih kuasa. Menggigit sang tuan dan menduduki tahta. Menunjukan bahwa dia kuat dan dia berkuasa. Bahka sebelum menduduki tahta.

Cairan bening kembali keluar dari pelupuk mata; mengingat kesalahan yang entah berapa banyak, bahkan raganya menjadi kaku. Tak berdaya untuk bisa melangkah lebih jauh lagi. Masih pantaskah Tuhan memaafkan? Masih adakah ruang kosong yang bisa di huni untuk bertaubat? Kini ia seperti selembar kertas tanpa pena.