Menjadi Singel Mama membuat ku mandiri dan bekerja keras Adara Fredella Ulani

"Daddy please... aku sudah tidak tahan.." "Mmmmphhhh...." aku tak bisa mengelurkan suara lagi. Sebelum aku menyadari, ternyata daddy sudah memasang ballgag ke mulutmu. Sekarang teriakan ku tak bisa lagi didengar olehnya. "Oh dear, lihatlah dirimu sekarang, kau terlihat menakjubkan. Aku akan memberikan kau hukuman atas kelakuanmu hari ini." Plakkk,, plakkk, plakkk, dia menampar bokongku. Oh, aku berpikir dia benar-benar menyiksaku kali ini. Mungkin aku harus lebih sering menjadi nakal untuk bisa merasakan kenikmatan ini lagi. Aku melihat dia beranjak dari tempatku terikat dan menuju ke ujung kamar menuju rak. Aku hanya bisa berharap daddy tak akan menggunakan vibrator untuk kali ini. Dia kembali setelah mengambil beberapa benda dan kembali berjalan menuju ke arahku. Aku hanya bisa melihat sebuah penutup mata berada di genggaman tangan sebelah kanan. "Oke dear, tak ada kesempatan lagi untuk melihat. Kau akan menikmati hukuman mu kali ini dengan mata tertutup." Oh tidak, batinku menjerit. Jangan daddy, aku ingin melihatmu. Tapi aku tidak bisa berkata apapun dan hanya bisa menggelengkan kepalaku. Daddy tak peduli denganku, dia tetap memasang penutup mata di kepalaku. Dan sekarang mataku tertutup, ballgag dimulut, badan membungkuk, tangan terikat di kursi. Aku hanya bisa pasrah dan menunggu apa yang akan daddy lakukan. "Nah my dear, sekarang kau akan menjadi a good girl atau kau akan menjalani hukuman mu sepanjang malam tanpa istirahat." Oh tidak, aku tarik pikiranku tadi, daddy benar-benar marah kali ini. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Hey all,,, ini cerita aku yang pertama tentang begininan nih.. Buat info ini hanya fantasy aja ya... Aku baru nlis cerita beginian sih,, jadinya aku terima semua kritik dan saran tapi dalam batas wajar ya... Silahkan baca yang berminat... Salam kenallll

(cerita ini sedang dalam proses penerbitan) Delapan tahun lalu aku jatuh cinta padanya. Laki-laki tampan sekaligus menyebalkan dan dingin yang pernah kutau. Delapan tahun lamanya, aku berusaha keras melupakan setiap penolakan yang dia tunjukan. Pergi sejauh mungkin dari hidupnya. Dan setelah delapan tahun berlalu, laki-laki dingin itu masih memberi perih di hatiku di saat keadaan memaksa kami mengikat hubungan dalam pernikahan. Hanya ada satu wanita yang mampu membuatnya tertawa dan itu bukan aku.