vel_noir
- Reads 7,013
- Votes 683
- Parts 34
Sagara adalah samudra, dan Azura adalah bumantara. Jika Sagara tercipta dari riuhnya ombak menderu, kedalaman yang menyimpan rahasia yang tak pernah sepenuhnya reda. Maka Azura tercipta dari kelamnya awan kelabu, tempat yang sering tampak tenang tapi menyimpan badai yang tak terlihat mata.
Mereka adalah laut dan langit. Dua elemen yang mustahil bertemu jika bukan karena takdir. Namun semesta, dengan caranya yang misterius, mempertemukan mereka di garis cakrawala yang hanya hadir ketika dunia sedang tenang. Garis tipis tempat birunya samudra dan kelamnya langit menyatu tanpa bisa dipisahkan. Di sanalah mereka berdiri sebagai dua jiwa yang hancur, dua luka yang saling mengenali, dan dua trauma yang seolah menemukan pantulannya satu sama lain.
Pertemuan mereka bukanlah kebetulan, melainkan keinginan alam untuk menciptakan keindahan dari kehancuran. Seperti badai yang mereda ketika laut dan langit akhirnya menemukan titik seimbang, kehadiran Azura memberi warna baru pada gelapnya dunia Sagara dan begitupun kehadiran Sagara memberi pijakan pada sunyinya dunia Azura.
Keduanya bagai fragmen terpisah dari sebuah kisah yang lebih besar, yakni kisah tentang bagaimana dua jiwa yang hampir tenggelam akhirnya saling mengapungkan. Bahwa luka dapat menemukan rumahnya, bahwa trauma dapat menemukan penawarnya, dan bahwa dua kehancuran bisa bertemu bukan untuk saling melukai, melainkan untuk belajar sembuh bersama.