Intertwined stories about people who meet in unexpected times, unplanned circumstances, and fortuitous serendipity. #1 wanderlust: Harlan Malik memberikan waktu lima tahun bagi dirinya untuk keliling dunia menjadi travel photographer/writer sebelum kembali ke Jakarta, meneruskan bisnis keluarganya. Sebelum kembali, ia berniat menuntaskan satu tempat yang belum sempat ia kunjungi: Machu Picchu. Sophia Hidajat baru saja menyelesaikan sekolah dan mendapatkan gelar master. Kedua orang tuanya berharap ia pulang ke Jakarta dan bekerja di industri finansial, seperti profesi seluruh keluarganya, sementara yang Sophia inginkan adalah membuka bakery. Jika ia nggak bisa meraih cita-citanya membuka bakery, setidaknya ia bisa mencoret salah satu keinginan dalam hidupnya: mengunjungi Machu Picchu. Takdir mempertemukan Harlan dan Sophia di kereta menuju Aguas Calientes, tapi apakah takdir akan menyatukan mereka?

(Telah tersedia di Gramedia) Nantikan dalam bentuk series di Vidio.com! Pemenang Wattys 2020 "New Adult" - Ada waktu di mana hati harus menepi hanya oleh sebuah janji. Lihatlah pada kebodohan yang kami perbuat: mengatasnamakan cinta pada sebuah rasa yang tak bisa direka-reka. Akibatnya, sangkakala mengerang, memorak-porandakan hidup tiga manusia yang tak semestinya bertarung dalam prasangka. Salahkan semua bencana itu pada tenaga yang kausebut cinta. Untuk itu, mari bersepakat untuk jangan saling jatuh cinta. [ ROMANSA ] © k i r a n a d a - Update setiap: (selesai)

Intan Prameswari : Lelaki yang kucintai tidak mungkin tergapai, dia bagai raja dari para raja sementara aku hanyalah pelayan bodoh yang berkhayal dia melihatku sekali saja. Ida Bagus Agung Putu Mahendra : Wanita yang kucintai adalah kemustahilan. Tapi tidak ada satupun yang mampu mengalihkanku dari dunianya. Aku menunggu hingga saat itu tiba, seperti Denawa menunggu seorang Putri, seperti Rahwana menunggu bagaimana memperdaya Sinta untuk menjadi miliknya selamanya. Penuh kesabaran, aku membuat langkah mungilnya semakin mendekat kepadaku, jebakan demi jebakan....menuntunnya menuju ke arahku. Ida Bagus Gde Pramudya Yoga : Wanita yang kucintai adalah kemustahilan. Tapi cinta tetaplah cinta. Apapun akan kulakukan, untuk kebahagiaannya. Saat datang lelaki yang akan menghancurkannya, akan kulakukan segala cara untuk menjaganya. Seandainya aku bisa melepas semua tanggungjawab ini, aku rela melepaskan segalanya demi bersama dengannya. Ida Ayu Galuh Kirani : Lelaki yang kucintai adalah abstrak. Dia nyata tapi juga tidak nyata. Apa yang dia tunggu? Apa yang dia pikirkan? Kenapa aku sama sekali tidak mampu membacanya? Tapi ketampanannya yang bagai dewa selalu memikatku, tidak ada lelaki sepertinya. Aku tidak menginginkan lelaki lain, aku hanya menginginkannya bagaimanapun caranya!

Berisi kutipan-kutipan yang diambil dr buku Hilang (Sebuah Kekalahan Tanpa Pemenang) yang di tulis oleh Nawang Nidlo Titisari Buku yang menceritakan sajak-sajak indah akibat dari luapan kekalahan hati setelah lelah berjuang seorang diri Selamat menikmati Jangan lupa beli buku yang asli ya klo mau baca selengkapnya

Temuilah Wanda, gadis 18 tahun yang masuk Fisip di salah satu universitas ternama karena sedikit paksaan orang tua. Selama ini, adalah sastra yang merupakan minat utama gadis itu. Ilmu Politik jelas bukan hal yang ia suka karena Wanda cenderung menghindari konflik. Hingga akhirnya, ia berkenalan dengan salah seorang kakak tingkatnya, Taufan, yang merupakan mahasiswa S2 Sospol. Semesta berkonspirasi di pertemuan-pertemuan mereka selanjutnya. Taufan yang selalu geli dengan perbedaan usia yang jauh pun mulai dihadapi realisasi bahwa usia hanya sekadar angka; rasalah yang tetap sama. Dan Wanda yang tadinya merasa benci dengan jurusannya perlahan tahu bahwa terkadang, meski manusia tak bisa melakukan apa yang ia cintai, ia tetap bisa mencintai apa yang ia lakukan. Dan siapa sangka? Ternyata, beda usia sembilan tahun itu seksi. [ young adult - humor ] Copyright 2016 © Crowdstroia, nauraini, PlutoPamit, Verbacrania

Demi menikah dengan Barry, Sandria rela melepas pekerjaannya sebagai pramugari. Bersama Barry, Sandria bermimpi membangun rumah di tepi pantai dan hidup dengan damai, lepas dari hiruk-pikuk ibukota bersama keluarga kecil mereka. Pernikahan yang bermula dari pertemuan singkat itu awalnya baik-baik saja. Sampai akhirnya Barry melepaskan impiannya menjadi seorang sutradara dan memilih melanjutkan bisnis keluarga. Akibat ambisinya mengembangkan bisnis keluarga, Barry menelantarkan Sandria dan Esa, putra mereka yang saat itu baru berusia delapan bulan. Ketika Sandria memilih pergi bersama Esa, Barry seakan tak peduli. Impian rumah di tepi pantai pun sirna bersama kandasnya hubungan Barry dan Sandria. Namun, terlepas dari ambisinya, sesungguhnya Barry masih menyayangi Sandria dan Esa. Akankah Barry berhasil mempertahankan impian mereka?