Chanyeol menghargai ketenangan ini. Sebuah privasi yang dahulu sangat dicari-cari. Namun, pelan-pelan, benaknya dirayapi rasa rindu pada kehidupan lama.
Studio Chanyeol adalah rumah mereka berdua. Wendy mengerti semua tentang kehidupan Chanyeol sebagai sahabat terbaiknya.
Namun, siapakah yang sebenarnya pengecut?
Senyuman Chanyeol terkembang. "Sayang, aku mau bilang sesuatu."
"Oh, ya, silakan."
"Aku pulang."
(Chanyeol tersenyum tipis. Memberi kejutan pada Wendy sekarang seolah-olah sudah menjadi sebuah kebiasaan.)
Chanyeol menghitung. Satu. Dua. Tiga. Seterusnya, detik demi detik. Menonton awan berarak di langit yang cerah.
"Tadi malam aku mimpi kita kembali ke Toronto."
Chanyeol mendengarkan, berikut pula desis angin dan gesekan rumput.
Chanyeol hanya tidur di sepanjang perjalanan. Ia setengah sadar mendengar Wendy berbicara dengan seorang wanita di bus, yang berujung pada pamflet-pamflet yang membuatnya ingin tahu.
Wendy datang dengan sebuah rencana yang matang, Chanyeol mengulurkan tangannya.
Seulgi telah menyelesaikan kursusnya, Kai mengajaknya pulang ke Seoul bersama.
Semua terjadi secara spontan: Chanyeol tiba-tiba memikirkan potongan-potongan lirik yang melayang-layang di kepalanya.
Untuk Wendy, sang Satu-satunya.
[🏅#1 wenyeol in 130819]
Park Chanyeol, pada suatu waktu, berkata, "Orang-orang memberi hadiah pada hari spesial. Tapi kupikir tidak harus seperti itu."
(Atau, Wendy yang terpaksa pulang larut.)