Kencan Buta. Mengapa orang tua begitu sibuk dengan urusan pernikahan anak-anaknya, meminta untuk menemui mereka yang asing dengan harapan akan mengakhiri masa lajang bersama. Tidak bisakah kita mencintai dengan sewajarnya, bertemu orang yang mampu membuat berdebar hingga memicu tawa bahagia. Ada pertentangan di antara kita, lantas apakah kita harus menyerah dan mengakhiri semua atau justru berlari untuk berjuang bersama? Jelasnya, aku hanya ingin kau yang berada di sampingku selamanya.

Jimin. Jimin. Jimin. Lelaki yang benar-benar tertancap jauh dalam pikiran gadis itu, lelaki yang setiap kali ia datang selalu bersikap manis. Namun, ada satu waktu di mana lelaki itu tak lagi mengecup keningnya, tak lagi memeluk dengan manja. Apa yang sebenarnya terjadi?

Kita telah bersama dalam waktu yang lama, saling memahami agar tak pernah ada yang salah. Perasaan pun hadir setiap kali obsidian bertumbuk dengan sengaja, menyisir desir yang kian menumpuk dalam dada. Suatu hari, aku hanya ingin hidup bersamamu, tetapi takdir tak mengizinkan hingga harus kehilanganmu. Ya. Kehilangan karena aku tak bisa mengatakan dengan jujur bahwa dia, bukanlah aku yang sebenarnya.

Mencintai seseorang secara senyap, berada di sampingnya setiap saat. Sebuah luka yang sengaja digores atau takdir yang memang memilihnya menjadi pemeran sakit yang sukses.

Bertemu lalu bersatu. Takdir yang indah, 'kan? Anehnya, aku tidak bahagia. Karena, setelah liku yang menerjang begitu hebat. Ternyata aku tetap bukan yang utama.

Ketika sakit menyatu, segala luka melebur dalam pedih tak terukur. Lalu, bagaimana jika sepotong hati yang hancur bertemu dengan sepotong hati lain yang remuk redam? "Dia meninggalkanku, jadi jangan berharap mendekatiku. Aku sudah tidak punya air mata untuk menangisi kepergianmu. Aku salah, sebab mimpiku mempersulit segalanya. Namun, tanpa mimpi itu aku bahkan tidak yakin masih bertahan di dunia." ~ Min Yeon Ji "Aku telah banyak meninggalkan, bukankah kita saling melengkapi? Mereka sudah tak percaya padaku, tetapi kau tersenyum setiap mendengar ceritaku. Tak bisakah kau menjadi rumah untukku, agar aku bisa menetap bersamamu?" ~ Lee Yoon-ha

Copyright © EH Publisher Blurb Sebuah takdir terkadang dikaitkan dengan kebetulan-kebetulan yang mampu dilogikakan manusia, hanya belum pernah ada yang paham jika semua tak selalu tentang kebetulan. Plak! Sebuah tamparan mendarat cukup keras, Soo Bin yang melihat itu hendak melerai tetapi Vin lebih dulu memberi kode agar tak ada yang ikut campur. "Hanya karena aku ada di sini bersama kalian," ujar Ghania mengedarkan pandangan ke sekeliling, "kau seenaknya mengatakan aku rendahan." "Memang seperti itu kenyataannya." Takdir membawa dia sebagai pereda luka, sekaligus menuliskan dia sebagai penyebab luka baru yang lebih parah. Mungkinkah bisa bersama?