"150 tahun yang lalu, terjadi bencana besar yang mengakibatkan peradaban manusia hancur. Perubahan ekosistem Bumi menginisiasi beragam mutasi pada makhluk hidup dengan kecepatan luar biasa, yang dikenal sebagai 'monster'. Pahlawan menyelamatkan umat manusia, hingga tibalah masa dimana Kota Atlans dibentuk." Di Kota Atlans terdapat sekolah khusus bernama Akademi Crome. Para lulusannya akan menjadi pahlawan super yang melindungi kota dari ancaman monster! Namun ternyata, ada banyak rahasia yang tersimpan di dalamnya. Mampukah keenam sahabat menemukan rahasia yang terpendam itu? *** Genre: Sci-fi, fantasy, fiksi remaja Copyright: @by_orca

Thompson Hawthorne tak pernah menyangka hidupnya akan berubah suatu saat nanti. Dia itu berbeda, memiliki kemampuan yang sangat langka dimiliki oleh seorang manusia. Ketika orang tua adopsinya memutuskan bahwa mereka bertiga harus pindah, keanehan dan keajaiban dalam hidup Thompson justru baru benar-benar dimulai. Di tempat tinggal barunya, Thompson dimasukkan ke suatu sekolah besar yang terkenal. Dia bukan siapa-siapa di sana sampai bertemu dengan Griffin Roberts yang populer. Permusuhan akhirnya berubah menjadi persahabatan dan ketika Thompson memberitahu rahasia terbesarnya, mereka mengikat diri satu sama lain pada malam keramat yang dikenal misterius oleh seantero Misttown yang Mistis. Sejak saat itu, hidup mereka berdua berubah dalam sekejap. Konflik menjadi-jadi dan kini mereka terikat. Apa lagi yang harus dikhawatirkan? Kemunculan sosok misterius yang menginginkan sesuatu dalam diri Thompson dan Griffin membuat mereka semakin bingung. Pada akhirnya, Thompson dihantui oleh dua pilihan: memutus ikatannya dengan Griffin atau mempertahankannya dan berjuang bersama menghadapi apa yang sebenarnya terjadi. Akankah mereka berhasil mengungkap misteri di balik ikatan darah itu? *** Cool cover by @aotsuki_chan

"Permisi, Mba, tahu jalan ke kafenya, enggak?" Laki-laki itu bertanya kepada Danah. Ia menyeringai. Jalan ke kafe katanya? Danah mengangkat satu alisnya. "Lah, ke situ, kan, Mas?" Danah bertanya balik dan menunjuk kafe yang tidak lebih dari empat meter di hadapan mereka. Laki-laki di hadapan Danah mengangguk. "Bener, tuh, Mba," katanya sembari maju selangkah lebih dekat dengan Danah. Gadis itu reflek mundur selangkah. "Kalo jalan ke hati Mba, tahu, enggak?" Kali ini, laki-laki itu tersenyum lebih lebar. Hah? Danah sontak langsung merasa jijik dengan laki-laki di hadapannya ini. Danah mulai menggerakan bola matanya dari atas sampai ke bawah untuk melihat penampilan laki-laki di hadapannya ini. Rambut hitam pendek, sepasang mata hitam yang tajam, hidung mancung, kulit kuning langsat, anting hitam yang tertaut di kedua telinganya, kaus hitam, kalung besi, celana jeans, dan sepatu tali dengan merek yang bisa dibilang cukup mahal. Idih, amit-amit. Kalimat itu hampir terucap dari bibir Danah.